Search Form

Daftar Isi

Biografi Yang Mulia Ayahanda Guru

Biografi: Sayyidi Syaikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya Muhammad Amin Al-Khalidi QS.

Karya

JATMAN Online dan lainnya

Baca

± 57 Menit

Share

Facebook
WhatsApp

Daftar Isi

1. Kelahiran dan Masa Kecil

Pangkalan Brandan adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Di kota yang berada di pesisir pantai timur pulau Sumatera inilah letak ladang minyak tertua kedua di Indonesia yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1891, di mana minyak pertama yang diekspor oleh Indonesia berasal dari kilang minyak tersebut.

Pada tanggal 20 Juni 1917, bertepatan dengan tanggal 30 Sya’ban 1335 H, di kota yang menjadi jalur penghubung antara provinsi Sumatera Utara dan Aceh inilah, lahir seorang anak yang kelak menjadi seorang tokoh ulama besar di bidang tasawuf, guru besar metafisika, Mursyid (guru spiritual) dalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah, sekaligus sebagai seorang cendikiawan muslim, dan tokoh di dunia pendidikan. Beliau adalah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, sang founder, pendiri Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, yang dilahirkan dengan nama kecil Muhammad Amin.

Beliau adalah anak ke empat dari lima bersaudara. Ibunya bernama Siti Dour Aminah Siregar, sedangkan ayah Beliau bernama Sutan Sori Alam Harahap yang berasal dari kampung Sikarang-karang, Padang Sidempuan, seorang pegawai perminyakan di Bataafse Petroleum Maatschappij (BPM), sebuah perusahaan minyak Belanda, anak perusahaan Royal Dutch Shell yang melakukan eksplorasi minyak di Pangkalan Brandan.

Prof. Dr. H. Kadirun Yahya bukan hanya besar dalam lingkungan yang kental akan nuansa Islami, Beliau juga turunan dari tokoh-tokoh spiritual tarekat, di mana kakek-kakek Beliau adalah dua orang Syaikh Tarekat, baik dari pihak ayah maupun ibu Beliau, yaitu Syaikh Yahya dari pihak ayah dan Syaikh Abdul Manan dari pihak ibu. Sehingga tak jarang keluarga ini mendapat kunjungan dari para Syaikh pada zaman itu, di mana pada kesempatan-kesempatan inilah sedikit banyak Beliau mendengar tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah.

Kedua kakek Beliau, Syaikh Yahya dan Syaikh Abdul Manan inilah yang memberi nama kecil Muhammad Amin kepada Beliau. Kemudian setelah besar Beliau diberi nama Kadirun Yahya, oleh Syaikh Abdul Wahab Rokan, seorang tokoh besar tarekat dari Babussalam (Basilam), Tanjungpura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Pada masa itu Pangkalan Brandan adalah kota yang memiliki nuansa Islami sangat kental, dan banyak para ulama Tarekat mengembangkan ajarannya di kota ini dan sekitarnya. Demikian pula keluarga Sutan Sori Alam Harahap. Keluarga ini juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islami religius di dalam kesehariannya. Pada masa kecilnya, Prof. Dr. H. Kadirun Yahya muda sering menghabiskan waktu dengan bermain-main dan mengaji di Masjid Azizi, sebuah masjid megah di kota Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, yang saat itu merupakan ibu kota kesultanan Langkat.

Dikarenakan pembawaan Beliau yang sopan dan penuh santun, selalu ringan tangan untuk membantu orang lain, karena terbawa dari pendidikan dan contoh dari lingkungan rumah Beliau, sehingga tak jarang pengurus masjid meminta Beliau untuk mengumandangkan Adzan di masjid tersebut, bila masuk waktu Sholat. Kesempatan menjadi muadzin di Masjid Azizi yang sangat indah ini merupakan sebuah kehormatan yang langka didapat, apa lagi di umur Beliau yang saat itu masih muda belia.

Inilah masjid yang dibangun oleh Sultan Langkat Haji Musa al-Muazzam Syah sejak tahun 1899, dan selesai dibangun serta diresmikan oleh putranya, Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah pada tahun 1902. Rancangannya ditangani oleh GD Langereis, seorang arsitek berkebangsaan Jerman, dengan para pekerja dari etnis Tionghoa dan masyarakat Langkat sendiri, sedangkan bahan bangunannya banyak didatangkan dari Penang Malaysia dan Singapura. Sehingga masjid yang dibangun atas anjuran Syaikh Abdul Wahab Rokan Babussalam ini, bisa dikatakan sebagai salah satu simbol kebesaran agama Islam di Langkat.

2. Pendidikan

Prof. Dr. H. Kadirun Yahya tumbuh besar di dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islami, di mana di dalamnya jelas mengajarkan kepada kita untuk menimba ilmu pendidikan. Termotivasi dari situlah, maka Prof. Dr. H. Kadirun Yahya demikian haus untuk menimba ilmu di lautan dunia pendidikan, dan Beliau senantiasa berupaya keras mengejar impian tersebut. Adapun pendidikan yang dienyam oleh Beliau adalah sebagai berikut:

  1. HIS Negeri 1924 – 1931 (tamat) di Tanjung Pura;
  2. MULO-B Negeri 1931 – 1935 (tamat dengan voorklasse) di Medan;
  3. AMS-B Negeri 1935 – 1938 (tamat dengan beasiswa) di Yogyakarta;
  4. Kuliah Ilmu Ketabiban 1938 – 1940;
  5. Kuliah Ilmu Jiwa Amsterdam 1940 – 1942 (tamat) Masa perang Dai Toa, pendidikan berhenti;
  6. Kuliah Agama Islam (bagian tasawuf/Sufi) selama 7 tahun : 1947 – 1954, mendapat tiga buah ijazah;
  7. Kuliah Indologie dan Bahasa Inggris 2 tahun, 1951 – 1953;
  8. M.O Bahasa Inggris Ie Gedeelte tahun 1953, Bandung;
  9. Lulus Ujian Sarjana Lengkap (Drs) dalam Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika, tahun 1962;
  10. Doktor dalam Ilmu Filsafat (Kerohanian dan Metafisika Tahun 1968);
  11. Lulus ujian sarjana lengkap (Drs) dalam Ilmu Fisika – Kimia tahun 1973;
  12. Lulus ujian sarjana lengkap (Drs) dalam Bahasa Inggris tahun 1975 (Sebagai Magister Nomor g dan h).

Dapat dilihat di sini, bahwa Prof. Dr. H. Kadirun Yahya demikian serius menimba ilmu, sebagai bekal untuk memantaskan diri dalam mengarungi kehidupan ini. Dan dengan berbekal jenjang pendidikan tersebut, sehingga Beliau dikaruniai Allah SWT dengan tiga macam bidang keilmuan dan keahlian:

  1. Ilmu Fisika – Kimia (mengajar selama kurang lebih 20 tahun);
  2. Bahasa Inggris, Bahasa Jerman dan Bahasa Belanda (mengajar selama kurang lebih 15 tahun);
  3. Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika/Agama Islam bagian Tasawuf dan Tarekat (mengajar dan mempraktekkannya sejak 1950 hingga tahun 2001).

Secara garis besar ketiga tema besar keilmuan dan keahlian Beliau tersebut, diaplikasikannya dalam empat aktivitas utama, yaitu:

  1. Mengajarkan Agama Islam bagian tasawuf dan Tarekat serta memimpin iktikaf/suluk berdasarkan metode Tarekat Naqsyabandiyah;
  2. Membantu ilmu ketabiban/kedokteran antara lain terhadap penyakit “lever abscess”, “lung abscess”, narkotika, kanker kulit, kanker payudara, hemarrhoide (wasir), jantung, tumor, batu empedu, pankreas dan lever, prostad, AIDS, menstruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 (delapan) tahun dan berbagai penyakit aneh serta ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis sebab mengandung unsur ghaib;
  3. Pembinaan kerohanian bagi masyarakat dan generasi muda yang “sesat jalan”, putus sekolah, kecanduan narkotika dan minuman keras, kenakalan remaja (memberikan kepada mereka pendidikan formal/informal);
  4. Bidang-bidang lainnya meliputi ketatanegaraan, menumpas Atheisme/komunisme, kemasyarakatan dan lain-lain.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya senantiasa mendapat kunjungan yang tidak putus-putusnya dari insan-insan yang berdatangan dari segenap pelosok tanah air bahkan dari luar negeri, antara lain dari Malaysia, Thailand, Amerika, Belanda, sampai Saudi Arabia, yang berkunjung ke kediaman Beliau demi hanya sekedar untuk dapat bertatap muka dengan Beliau.

Pertemuan-pertemuan tersebut tak jarang memberikan kesan yang sangat mendalam, menyentuh hati, mampu menyelesaikan berbagai masalah kehidupan sehari-hari tamu-tamu Beliau, bahkan sampai permasalahan-permasalahan besar dari berbagai lembaga atau negara. Karena itu, tak heran jika sebagian besar dari tamu-tamu yang datang berkunjung tersebut kemudian memutuskan untuk berguru kepada Beliau.

3. Pekerjaan

Berbekal kepada ilmu pendidikan yang cukup, disertai dengan akhlaq yang baik dan pergaulan yang luas, maka tak heran banyak pengalaman Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dalam dunia pekerjaan, di mana hampir keseluruhan pekerjaan yang Beliau geluti mengantarkan kepada kesuksesan.

Namun Beliau sangat sadar, kesuksesan yang sejati bagi Beliau adalah bagaimana menjadi manusia yang Rahmatan lil alamin, manusia yang berguna untuk manusia lainnya, yang berguna untuk negaranya, dan berguna untuk dunia beserta isinya.

Adapun pekerjaan yang pernah diemban Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya selama hidupnya adalah:

  1. Guru Sekolah Muhammadiyah di Tapanuli Selatan 1942 – 1945;
  2. Kepala industri perang sekaligus merangkap guru bahasa Panglima Sumatera (Mayjend. Suharjo Hardjowardoyo) dengan pangkat Kolonel Inf. di Komandemen Sumatera Bukit Tinggi 1946 – 1950);
  3. Staf Pengajar SPMA Negeri Padang Tahun 1950 – 1955;
  4. Staf Pengajar SPMA Negeri Medan Tahun 1955 – 1961;
  5. Staf Departemen Pertanian (DEPTAN) Jakarta Tahun 1961 – 1968;
  6. Ketua Umum Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya tahun 1956 – 2001;
  7. Guru Besar USU, UNPAD, UNU, UNPAB, Universitas Prof. Dr. Mustopo, SESKOAD, UMSU/AFHIM, tahun 1960 – 1978;
  8. Rektor UNPAB dan Koordinator Perguruan Panca Budi, tahun 1961 – 1998;
  9. Aspri Panglima Mandala I Sumatera, sebagai Kolonel akif pada masa Dwikora di bawah pimpinan Letjend A. Yunus Mokoginta, tahun 1964 – 1965;
  10. Aspri Panglima Mandala I, Sumatera, sebagai Kolonel aktif pada penumpasan G.30S/PKI, di bawah pimpinan Letjend A. Yunus Mokoginta, tahun 1965 – 1967;
  11. Anggota Dewan Curator Seksi Ilmiah USU, tahun 1965 – 1970;
  12. Pembantu Khusus/Kolonel aktif Dirbinum Hankam, dibawah pimpinan Letjend R. Sugandhy, tahun 1967 – 1968;
  13. Rektor Post Graduate Studies Jakarta (yang pertama di RI), tahun 1968 – 1971;
  14. Diperbantukan dari Deptan ke Penasehat Ahli Menko Kesra, tahun 1968 – 1974;
  15. Penasehat pribadi Freelance Menteri Pertahanan Malaysia, tahun 1974 – 1975;
  16. Penasehat ahli Menko Kesra, tahun 1986 – 1998;
  17. Penasehat ahli/Konsultan Direktorat Litbang Mabes Polri Jakarta tahun 1990 – 2001;
  18. Anggota MPR RI, Tahun 1993 – 1998.

4. Organisasi

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya merupakan sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi, membaur dalam banyak aspek kehidupan. Beliau aktif dalam berbagai organisasi, ikut berperan serta dalam beraneka kegiatan, yang semata-mata dengan niatan untuk mengembangkan ajaran Tarekat yang Beliau bawa dalam diri dan kehidupan Beliau, untuk diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Adapun berbagai organisasi yang diikuti oleh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, adalah sebagai berikut:

  1. Anggota Sarjana Veteran;
  2. Ketua Umum Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Tahun 1956 – 1998;
  3. Ketua Umum Islamic Phylosophical Institute (non politik) dalam dan luar negeri, Tahun 1960 – 1972;
  4. Anggota Presidum Seksi Ilmiah merangkap Ketua Cabang Sumatera Utara Tim Konsultasi Penganut Agama seluruh Indonesia, Tahun 1962 – 1972;
  5. Penasehat umum Yayasan Baitul Amin, Jakarta, Tahun 1963 – 2001;
  6. Anggota K.I.A.A. Jakarta, Tahun 1964;
  7. Penasehat Yayasan Hutapungkut (Ketua : H. Adam Malik), Tahun 1965 – 1978;
  8. Anggota World Organization Religion and Science, Tahun 1969 – 1970;
  9. Sponsor/Anggota Golongan Karya, Tahun 1970 – 1998;
  10. Anggota Asean Law & Association, Tahun 1984 – 2001;
  11. Ketua Majelis Pertimbangan Daerah Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumatera Utara, Tahun 1987 – 2001;
  12. Anggota Dewan Pembina/kehormatan Badan Musyawarah Masyarakat Minang Sumatera Utara, Tahun 1987 – 1990;
  13. Anggota Dewan Pembina Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah/Golkar, Tahun 1989 – 2001;
  14. Penasehat Gerakan Seribu Minang (Gebu Minang), Tahun 1989 – 2001;
  15. Anggota Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Tahun 1991 – 2001.

5. Sejarah Berguru

Sekembalinya dari menempuh pendidikan kuliah Ilmu Jiwa di Amsterdam, Belanda, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya muda mulai belajar mengenal tarekat melalui salah seorang khalifah dari Syaikh Syihabuddin Aek Libung (1892-1967) yang berasal dari Sayur Matinggi, Tapanuli Selatan, pada era tahun tahun 1943-1946. Pada waktu itu masa pergolakan (penjajahan Jepang) hingga masa perjuangan melawan agresi militer Belanda pasca kemerdekaan. Walaupun kondisi sedang sulit, hal itu tidak memudarkan semangatnya untuk mempelajari tarekat lebih dalam, sebagai jalan menuju Tuhan.

Pernikahan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya muda dengan putri Syaikh Haji Jalaluddin yang bermukim di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, memberinya peluang untuk memperdalam tarekat. Kala itu rumah Syaikh Haji Jalaluddin menjadi posko tempat perkumpulan pasukan yang akan berangkat perang di zaman penjajahan, dan merupakan tempat pertemuan para Syaikh tarekat.

Di rumah mertuanya inilah pada tahun 1947 Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya muda berkenalan dengan Syaikh yang kelak menjadi guru utamanya, yaitu Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan, seorang Syaikh tarekat Naqsyabandiyah yang tinggal di nagari Buayan Lubuk Aluang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, yang mendapatkan ijazah tarekat Naqsyabandiyah dari Syaikh ‘Ali al-Rida di Jabal Abu Qubays, Mekkah, yang dibantu oleh Syaikh Husain. Keduanya adalah khalifah dari Syaikh Sulaiman al-Zuhdi.

Kemudian, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya diundang oleh Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan untuk datang ke rumah salah seorang murid Beliau yang bernama Syiaudin Syahib di daerah Pasar Atas Bukit Tinggi. Saat itulah pertama kalinya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengikuti kegiatan tawajuh atau zikir berjamaah yang dipimpin oleh Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim.

Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan adalah orang yang sangat disiplin dalam melaksanakan ketentuan tawajuh, dan biasanya siapa saja yang belum ikut tarekat belum diperbolehkan ikut dalam kegiatan ini dan harus menunggu di luar. Tetapi pada waktu kegiatan tawajuh hendak dilaksanakan, saat itu Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan melihat Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya muda, dan membolehkannya ikut tawajuh dengan diajarkan kaifiat (tata cara) singkat oleh khalifahnya pada saat itu juga.
Ini merupakan peristiwa yang langka terjadi pada murid Tarekat Naqsyabandiyah seperti yang terjadi atas diri Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, yaitu belum memasuki tarekat tetapi sudah mengikuti kegiatan tawajuh. Hal ini menunjukkan tanda-tanda bahwa Beliau sudah mendapat hidayah dari Allah SWT.

Peristiwa langka berikutnya yang dialami Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah dalam situasi Agresi Militer Belanda II, pada tahun 1949, di mana saat itu Beliau mengungsi ke pedalaman Tanjung Alam, Batu Sangkar, Sumatera Barat. Di sinilah Beliau berkenalan dengan Syaikh yang termasyhur yaitu Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam (1873-1958), seorang Syaikh dari Guguk Salo (Tanjung Alam, Batusangkar) yang juga dikenal dengan sebutan Syaikh Abdul Majid Guguk Salo.

Pada saat itu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bermohon kepada Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam untuk dapat mengikuti suluk yang dipimpin oleh Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam. Namun pada awalnya Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam menolak karena Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mempunyai guru, yaitu Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan. dan harus mendapatkan izin dari gurunya tersebut.

Kemudian Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam secara batin memohon izin pada Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan, dengan izin yang didapat secara batin itulah maka Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dapat mengikuti suluk tersebut.
Pada hari kelima suluk, Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam mengatakan kepada Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, untuk meneruskan memimpin suluk sampai selesai penutupan suluk. Dengan kepatuhan yang tinggi Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya pun memimpin suluk hingga selesai. Satu lagi bukti kelebihan yang diperolah Beliau dari Allah SWT, yaitu sebelum menjadi Syaikh, tapi telah diberi kepercayaan dan amanah memimpin suluk (mensulukkan orang).

Setelah suluk berakhir, maka Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, diangkat menjadi Syaikh oleh Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam dan dianugrahi satu ijazah yang isinya sangat memberikan kemuliaan kepada Beliau.

Pada saat itu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sebagai seorang yang masih muda dan tidak memiliki apa-apa merasa tidak berhak menerima kemuliaan itu, dia merasa sebuah tanggung jawab yang maha besar disandarkan dipundaknya, tetapi Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam mengatakan bahwa hal itu telah digariskan untuk Beliau dari Allah SWT, karena guru Beliau pernah berkata bahwa suatu saat Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam akan memberikan ijazah kepada seorang yang dicerdikkan Allah SWT. Dan Beliau mengatakan kepada Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bahwa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya kelak akan menjadi guru dari orang–orang cerdik pandai dan ahli mengobat.

Menurut menantu/wakil/penjaga suluk yaitu khalifah H. Imam Ramali, Syaikh Abdul Majid Guguk Salo pernah berkata bahwa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, adalah orang yang benar-benar mampu melaksanakan suluk dan kelak akan dikenal di seluruh dunia sebagai pembawa tarekat Naqsyabandiyah.

Selanjutnya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, kembali menjumpai Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan untuk mempertanggung jawabkan kegiatan Beliau yang “di luar prosedur lazim” tersebut, yaitu ikut bersuluk di tempat Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam, dan ada perasaan bersalah di dalam dirinya. Dengan rendah hati dan takut akan gurunya, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya memohon izin untuk bersuluk kepada Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan pada saat bila sang guru Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan akan membuka suluk. Ternyata hal ini diperkenankan oleh sang guru dengan langsung membuka suluk khusus pada saat itu juga, terkhusus untuk Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, murid utama terkasih sang guru.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sangat erat hatinya dengan gurunya, Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan. Selama guru Beliau hidup setiap minggu Beliau ziarah kepadanya pada kisaran tahun 1950-1954. Dan hal ini tidak berhenti setelah guru Beliau wafat, ziarah tetap dilanjutkan dilanjutkan antara satu sampai tiga kali dalam setahun.

Pada tahun 1950, Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan mengangkat Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menjadi Syaikh. Pemberian ijazah kepada Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sekaligus menempatkannya dalam daftar silsilah ke-35 dalam urutan silsilah Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah. Dua tahun kemudian Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendapatkan predikat Syaikh penuh dengan gelar Sayyidi Syaikh.

Karena besarnya rasa sayang dan cinta Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya kepada gurunya, maka pantaslah penilaian yang diberikan Sayyidi Syaikh M. Hasyim Buayan tentang Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, adalah:

  1. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, mendapatkan pujian tinggi antara lain dari segi ketakwaan, kualitas pribadi dan kemampuan melaksanakan suluk sesuai dengan ketentuan akidah dan syariat Islam;
  2. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah satu-satunya murid yang diangkat menjadi Sayyidi Syaikh oleh gurunya di makam moyang guru, yaitu Sayyidi Syaikh Sulaiman al-Khalidi Hutapungkut (1841-1917) di Hutapungkut, Kota Nopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara, dan diumumkan ke seluruh Negeri pada saat itu.
  3. Dalam Ijazah Beliau dicantumkan kalimat “Guru dari orang-orang cerdik pandai dan ahli mengobat”. Beberapa puluh tahun kemudian kalimat dalam ijazah ini terbukti kebenarannya
  4. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, diberikan izin untuk melaksanakan dan menyesuaikan segala ketentuan Tarekat Naqsyabandiyah dengan kondisi zaman, sebab semua hakikat ilmu telah dilimpahkan gurunya pada Beliau.
  5. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, adalah orang yang benar-benar mampu melaksanakan suluk sesuai dengan pesan guru Beliau yang disampaikan kepada menantu/penjaga suluk/khalifah Anwar Rangkayo Sati.

Sebagaimana pada awalnya begitu pulalah pada akhirnya. Pada suatu saat yang lain, Syaikh Syihabuddin Aek Libung Sayur Matinggi juga memberikan ijazah dan pengakuan sebagai Syaikh Tarekat kepada Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya. Pada awalnya, melalui salah seorang khalifah dari Syaikh Syihabuddin Aek Libung Sayur Matinggi inilah mula-mula Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengenal tarekat pada tahun 1943-1946. Syaikh Syihabuddinn Aek Libung Sayur Matinggi pernah berkata kepada cucunya yang menjaga suluk, yaitu Syaikh Husein, bahwa kelak muridnya yang benar-benar dapat menegakkan suluk adalah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya.

Pada tahun 1971, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya berziarah dan bertemu dengan Syaikh Muhammad Said Bonjol (1881-1979), seorang Syaikh besar yang berasal dari daerah Bonjol, Sumatera Barat. Setelah tawajjuh, Syaikh Muhammad Said Bonjol memutuskan untuk memberikan kepada Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sebuah benda berwujud semacam mahkota yang konon telah berusia lebih dari 300 tahun, yang dititipkan oleh guru Syaikh Muhammad Said Bonjol, yaitu Syaikh Ibrahim Kumpulan (1764-1914), di mana Syaikh Ibrahim Kumpulan juga mendapatkannya dari gurunya, yaitu Sayyidi Syaikh Sulaiman Al-Qarimi (Jabal Abu Qubaisy, Mekkah), dengan pesan agar kelak diberikan kepada “seseorang yang pantas, yang memiliki tanda-tanda tertentu”.

Puluhan tahun berlalu, barulah “orang yang pantas” tersebut ditemukan oleh Syaikh Muhammad Said Bonjol, yaitu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya. Bersamaan dengan penyerahan mahkota itu terjadi hujan rintik-rintik yang disertai petir tunggal menggelegar dan gempa bumi. Peristiwa ini lazim terjadi setiap kali ada timbang terima amanah besar.

6. Silsilah

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah dengan silsilah keguruan (atau disebut juga dengan Genealogi Kemuttashilan Sanad/ Silsilah Tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiah) sebagai berikut:

  1. Sayyidina Abu Bakar Ash Siddiq R.A.;
  2. Sayyidina Salman Al Farisi R.A.;
  3. Sayyidina Qasim Bin Muhammad Bin Abu Bakar Ash Siddiq R.A.;
  4. Sayyidina Imam Ja’far Ash Shadiq R.A.;
  5. Al ‘Arif Billah Sultanul Arifin Asy Syaikh Abu Yazid Thaifur Bin Isa Bin Sarusyan al Bisthami, yang dimasyhurkan namanya Syaikh Abu Yazid Al Bustami Quddusu Sirruhu Q.S;
  6. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abul Hasan Ali Bin Abu Ja’far Al Kharqani Q.S;
  7. Al’Arif Billah Asy Syaikh Abu Ali Al Fadhal Bin Muhammad Aththusi Al Farimadzi Q.S;
  8. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abu Yaqub Yusuf Al Hamadani Bin Yusuf Bin Al Husin Q.S dengan nama lain Abu Ali Assamadani;
  9. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abdul Khaliq Al Fajduwani Ibnu Al Imam Abdul Jamil Q.S; yang nasbnya sampai kepada al Imam Malik Bin Anas R.A.;
  10. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Ar Riwikari Q.S;
  11. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Mahmud Al-Anjir Faghnawi Q.S;
  12. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Ali Ar Ramitani yang dimasyhurkan namanya dengan Asy Syaikh Azizan Q.S;
  13. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Baba Assamasi Q.S;
  14. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Amir Sayyid Kulal al Bukhari Bin Sayyid Hamzah Q.S;
  15. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Baha’al Din Naqsabandi Asy Syariful Al Husaini Al Hasani Al Uwaisy Al Bukhari Q.S, yang dimasyhurkan namanya As Syaikh Bahauddin Naqsyahbandi;
  16. Al ‘Arif Billah Maulana Syaikh Muhammad ‘Ala’uddin Al Athar Al Bukhari Al Khawarizumi QS, yang dimasyhurkan namanya dengan Asy Syaikh Alauddin Al Ththar Q.S;
  17. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abu Ya’qub Al Jarkhi Al Hasyary Q.S;
  18. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Nashiruddin Ubaidullah Al Ahrar Assamarqandi bin Mahmud Bin Shihabuddin Q.S;
  19. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Azzahid As Samarqandi Q.S;
  20. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Darwisy Muhammad Samarqandi Q.S;
  21. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Al Khawajaki Al Amkany Assamarqandi Q.S;
  22. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muayyiduddin Muhammad Al Baqi Billah Q.S;
  23. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Ahmad Al Faruqi As Sirhindi Q.S;
  24. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Ma’shum As Sirhindi Q.S;
  25. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Muhammad Saifuddin Al Ma’sum Q.S;
  26. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Asy Syarif Nur Muhammad Al Badwani Al Ma’sum Q.S;
  27. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Syamsuddin Habibullah Jani Janani Muzhir Al ‘Alawi Q.S;
  28. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abdullah Addahlawi Q.S;
  29. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Maulana Asy Syaikh Dhiyauddin Khalid Al Utsmani Al Kurdi Al Baghdadi Q.S;
  30. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Abdullah Al Affandi Q.S;
  31. Al ‘Arif Billah Asy Syaikh Sulaiman Al Qarimi Q.S;
  32. Al ‘Arif Billah Sayyidi Syaikh Sulaiman Az Zuhdi Q.S;
  33. Al ‘Arif Billah Sayyidi Syaikh Ali Ridha Q.S;
  34. Al ‘Arif Billah Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Al Khalidi Q.S;
  35. Al ‘Arif Billah Sayyidi Syaikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi Q.S.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya berpulang ke rahmatullah pada tanggal 9 Mei 2001, atau 15 Safar 1422 H, dalam usia 84 tahun, dan dimakamkan di Surau Qutubul Amin Arco, Depok, Jawa Barat.

Sepeninggal Beliau, mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dilanjutkan oleh anak kandungnya, yaitu Syaikh Iskandar Zulkarnain Q.S. Kemudian setelah Syaikh Iskandar Zulkarnain Q.S dipanggil kehadirat Allah SWT pada tanggal 24 April 2005 atau 15 Rabiul Awwal 1426 H, Syaikh Abdul Khaliq Fadjuani Q.S, adik kandung Syaikh Iskandar Zulkarnain, menjadi mursyid penerus tarekat ini. Pada tanggal 15 November 2018 atau 7 Rabiul Awwal 1440 H, Syaikh Abdul Khaliq Fadjuani berpulang ke rahmatullah, kemudian mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dilanjutkan oleh anak kandung ketujuh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, yaitu Syaikh Ahmad Farki Q.S.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah seorang tokoh sufi kenamaan di era modern. Sebagai seorang profesor yang menekuni ilmu-ilmu fisika, kimia dan matematika, serta menulis risalah-risalah tentang metafisika, Beliau dinilai telah berhasil merekonsiliasi pengalaman mistis dalam tarekat dengan ilmu sains. Kombinasi antara pengetahuan ilmiah dengan reputasi pencapaian spiritual yang tinggi ini, menjadi daya tarik khusus bagi kalangan kaum intelektual untuk mempelajari tarekat yang dibawanya.

Bagi pengikutnya, zikir dengan metode tarekat dianggap sebagai solusi penting untuk menjawab bebagai permasalahan dalam kehidupan, termasuk politik, ekonomi, sosial, bahkan berbagai permasalahan yang lain. Apalagi kemudian Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga mendirikan sebuah perguruan tinggi, Universitas Pembangunan Panca Budi di Medan, untuk mendorong program pendidikan metafisika yang ia kembangkan. Dari situlah pemikiran sufistik ditafsirkan kembali sebagai sumber inspirasi untuk praktek keagamaan yang sesuai dengan perkembangan jaman.

Karena itulah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dikenal sebagai seorang tokoh sufi teknokrat, sekaligus sebagai seorang pakar dalam ilmu an-nazhari (ilmu al-kasbi) dan banyak sekali menerima limpahan rahmat karunia Allah yang berbentuk Ilmu Al-Kasyfi dan ilmu laduni. Di samping itu Beliau juga dikenal sebagai sosok seorang sufi yang kaya, memiliki berbagai bidang unit usaha, seperti agrobisnis, pabrik air minum, pertukangan/perbengkelan, keterampilan, jasa (biro travel) dan yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial.

Karya-karya ilmiah pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah banyak menginspirasi para penulis, akademisi, dan peneliti di Indonesia, Malaysia, maupun beberapa negara lainnya. Tercatat lebih dari 30 tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia, bahasa Melayu, maupun bahasa Inggris, berupa skripsi, thesis, disertasi, makalah forum ilmiah, jurnal, sampai buku, yang telah mengulas pemikiran Beliau, sosok pribadi dan perjalanan spiritualnya, maupun pergerakannya dalam dakwah tarekat.

Hal ini menunjukkan bahwa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah dianggap banyak memberi pengaruh dalam berkembangnya Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Pemikiran dan pergerakannya telah membuat banyak orang mengikuti ajaran tarekat tersebut, atau sekedar menjadikannya sebagai ilmu pengetahuan secara ilmiah saja. Kini Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dibawa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah berkembang luas menjadi salah satu tarekat terbesar di Indonesia maupun di Malaysia, dan telah tersebar sampai ke Amerika Serikat. [MUA]

Sumber (Artikel 1-6): Biografi Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

7. Mendidik Anak & Hobi

Dalam mendidik anak-anak dan cucu-cucunya, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menggunakan metode yang tegas. Hal ini merupakan prinsip Beliau untuk memegang teguh aspek-aspek Islam dalam membesarkan dan mendidik keluarga, yang semuanya sejalan dengan apa yang tercantum di dalam kitab suci Al-Qur’an, yang menyebutkan “Selamatkan dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.”

Sebagai contoh dalam penerapannya sehari-hari, apabila ada dari anak ataupun cucunya yang kurang patuh, dan mengabaikan syariat Islam, maka Beliau akan segera memberi peringatan ataupun hukuman yang sifatnya mendidik. Walaupun semua ini tentunya sudah berulang kali disampaikan Beliau kepada keluarganya, namun tak jarang anak-anak maupun cucunya lalai dalam mematuhi aturan-aturan tersebut.

Tetapi Pada dasarnya seluruh keluarga Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sangat memahami, bahwa ketegasan Beliau tersebut sebenarnya adalah bentuk kasih sayang yang mendalam terhadap keluarganya.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya senantiasa memberikan contoh dan mengajar keluarganya dengan disiplin yang tinggi, kepatuhan, belajar untuk selalu amanah, hemat, jujur dalam setiap perkataan dan tindakan, penuh kesabaran, mandiri, dan selalu rendah hati. Hal ini tercermin dalam setiap kali Beliau memberi instruksi kepada seseorang, Beliau selalu mengajarkan untuk selalu menggunakan kata “tolong”.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sangat tegas dalam menyampaikan pesan kepada seluruh anggota keluarganya, dan menegur dengan keras, jika ada keluarga yang bersikap ataupun mengganggap murid terhadap murid-murid Beliau. Maka Beliau selalu mengingatkan dan mengatakan kepada keluarganya, “Jangan kalian permurid muridku”.

Walaupun dalam keseharian Beliau yang padat akan tugas-tugas sebagai guru tarekat, berikut dengan berbagai permasalahan kehidupan murid-muridnya yang selalu diadukan kepadanya, ditambah lagi dengan segala macam berkas laporan yang tidak pernah berhenti menumpuk di meja Beliau, namun Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tetap berusaha melaksanakan hobi-hobinya disela-sela kesibukannya.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sangat senang membaca, segala jenis buku. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya tumpukan buku di ruang kerjanya. Beliau juga senang menulis, dan banyak buku-buku karya Beliau tentang tarekat, yang bahkan telah diseminarkan di perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.

Hobi Beliau yang lainnya adalah menembak, yang dapat dilihat dari koleksi senjata yang dimilikinya yang mencapai puluhan jumlahnya, berenang, memancing, bercocok tanam, dan memelihara hewan. Berbagai hal ini mewarnai kediaman Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya yang selalu penuh dengan beraneka jenis hewan piaraan hingga taman-taman yang tersusun rapih dari beragam jenis tumbuhan buah-buahan hingga tanaman langka dan bunga-bunga indah.

Tak heran jika aneka hobi dari Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya ini banyak yang “menular” kepada anak dan cucunya. Sudah merupakan kelaziman bagi anak dan cucunya untuk mengisi hari-harinya dengan rajin membaca buku. Untuk hal membaca ini, Beliau dengan sengaja meletakkan buku-buku di semua tempat di areal rumahnya, di atas meja dan kamar-kamar. Hal inilah yang memicu keturunan Beliau untuk juga gemar membaca.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dalam kesehariannya sering menghabiskan waktu istirahatnya di kursi malas dekat ruang baca Beliau. Terkadang Beliau memanggil anak-anaknya atau cucu-cucunya untuk membacakan buku, koran, buku-buku silat, sembari yang lain memijat kakinya sampai Beliau tertidur.

Dengan cerita-cerita dari berbagai bacaan ini menginspirasi anak-anak dan cucunya untuk gemar membaca, dan tumbuh rasa penasaran dari buku-buku tersebut, membuat mereka ingin terus membaca, ketika sudah selesai membacakan untuk Beliau.

Maka, tak jarang anak-anak dan cucu-cucu Beliau didapati berkumpul di suatu tempat, sambil bergilir membaca buku-buku silat dengan saling buru-memburu siapa duluan yang akan membaca lebih cepat dari satu jilid ke jilid berikutnya, karena takut apabila lambat membaca, akan diceritakan duluan oleh mereka yang sudah membaca.

Dalam waktu senggangnya, setelah selesai membaca buku-buku tentang filosofi, bacaan-bacaan tentang kebatinan, maupun cerita-cerita ringan seperti cerita silat, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sering mendiskusikan dan membahas filosofi dari bacaan-bacaan tersebut bersama anak-anak dan cucu-cucunya. Hal ini disengaja dilakukannya, agar keluarga Beliau terbiasa untuk cepat menangkap filosofi, nilai-nilai, dan mengambil hikmah dari berbagai bacaan maupun peristiwa kehidupan.

Pendidikan terhadap anak-anak dan cucu Beliau selalu dikaitkannya dengan ajaran Islam, dengan Al-Qur’an dan Hadist, dan dengan petuah-petuah ahli-ahli sufi, agar dalam hati keluarganya terus melekat nilai-nilai Islami yang memang menjadi panutan dan panduan utama bagi Prof. Dr. H. Kadirun Yahya.

Belau selalu menekankan pada keluarganya untuk rajin mempelajari agama Islam, tentang sejarah islam, sejarah para sufi, sejarah para guru-guru tarekat Naqsyabandi, dan bagaimana menggali ilmu dalam membaca. Maka tak heran anak-anak dan cucu-cucu Beliau hampir selalu “melahap” bacaan apapun yang ditemukan, mulai dari buku-buku hingga koran-koran bekas sisa bungkus belanjaan.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah sosok yang sangat rapi dan tertib. Pesan yang selalu disampaikannya kepada seluruh keluarganya adalah, “Hai…. Kalian jangan teledor, jangan sembarangan, jangan berserak-serak, di mana barang itu diambil harus diletakkan kembali di tempat kalian dapat, jangan tercampak ke sana ke mari, ingat ya… Letakkan sesuatu pada tempatnya. Serahkan segala sesuatu pada ahlinya. Jika tidak, tunggulah kiamatnya.”

Kerapian dan ketertiban Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dapat dilihat dari bagaimana Beliau menempatkan barang-barang pribadinya yang selalu tersusun dengan sangat rapih dan disimpan di tempat yang selalu sama, mulai dari pulpen, lilin, kertas, dll. Beliau sering berkata, “Apabila mati lampu, dengan tutup mata aku bisa menemukan barang-barangku ini semuanya.”

Untuk hobinya menembak, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah seorang sniper atau penembak jitu. Setiap pagi setelah sholat subuh Beliau sering berjalan berkeliling kampus, sambil berlatih menembak dengan daun-daun sebagai sasarannya. Terkadang Beliau juga menjadikan batang-batang buah jambu yang tumbuh subur di pekarangan rumah Beliau untuk menjadi sasaran tembak, tembakan Beliau bisa dikatakan hampir selalu jitu dan tepat sasaran.

Sementara itu, kesenangan Beliau terhadap tumbuhan dan buah-buahan, menjadikan areal rumah Beliau sangat asri, dengan beraneka pohon-pohon buah, mulai dari jambu, mangga, pepaya, nangka, rambutan, pisang, sayur mayur, kelapa, dan lain-lainnya.

Beliau senantiasa mengajarkan untuk mencintai tanaman dan suka menanam pohon. Beliau sering berkata bahwa, “Walaupun kita tidak sempat menikmati hasil pohon yang kita tanam, tetap tanamlah, karena nanti orang lain akan menikmati hasilnya.”

Karena demikian cintanya Beliau dengan tanamannya, terdapat beberapa pohon yang tetap dipertahankan walaupun berada di dalam bangunan rumah, karena Beliau sangat sayang untuk memotongnya. Ini adalah salah satu bentuk nyata Beliau dalam menghormati alam beserta isinya.

Begitu juga dengan hewan-hewan, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sangat senang dengan binatang, sehingga hampir di setiap sudut kediamannya terdapat beraneka satwa yang dipelihara dengan baik oleh Beliau, mulai dari ayam, kelinci, beragam jenis burung dan ikan, itik, rusa, monyet, kambing, biri-biri, kuda, kerbau, lembu, dan masih banyak lagi jenis hewan yang menjadi peliharaannya.

Beliau sangat mencintai hewan peliharaannya, sehingga cenderung membiarkan hewan-hewan tersebut berkeliaran bebas tanpa kandang di perkarangan rumahnya, sehingga hal ini sering menjadi kenangan indah akibat berbagai peristiwa lucu yang terjadi di areal rumah Beliau.

Pernah suatu ketika gerombolan lembu peliharaan Beliau masuk dari pintu depan rumah dan berjalan keluar melalui pintu belakang tempat tinggal Beliau, yang sambil lalu hewan-hewan tersebut melewati meja makan keluarga, dan tak jarang ikut menghabiskan makanan yang terhidang di meja makan, memporak-porandakan meja beserta seluruh makanan di atasnya, dan saat keluar melalui pintu belakang, di mana di belakang rumah adalah areal untuk menjemur pakaian seluruh keluarga besar Beliau, gerombolan lembu tersebut mengunyah baju-baju yang ada di jemuran.

Tak jarang sapi-sapi tersebut juga masuk ke ruang kelas-kelas di lingkungan sekolah Panca Budi yang berada di areal perumahan Beliau, untuk membuang kotorannya, ketika proses belajar mengajar tengah berlangsung. Ini tentu menjadi sebuah kenangan lucu dan indah bagi alumni-alumni sekolah Panca Budi.

Terkadang lembu-lembu ini juga mengikuti upacara bendera bersama murid-murid di lapangan, dan duduk manis di depan barisan. Anehnya, walaupun sudah sering dihalau agar tidak mengganggu, namun tetap saja hewan-hewan itu seolah-olah tidak perduli dengan hal-hal tersebut.

Selain lembu, hewan-hewan peliharaan yang lain pun sepertinya tidak mau ketinggalan, untuk ikut andil dalam membuat kemeriahan di areal Panca Budi. Ada monyet yang sering mengejar orang-orang yang lewat, monyet yang bergantungan di rindangnya pohon sekitar rumah Beliau yang selalu menakut-nakuti orang-orang yang sedang berlalu-lalang di bawahnya, kuda yang lari karena ditunggangi oleh monyet, ada monyet yang menunggangi kambing sambil mengelilingi areal Panca Budi, dan masih banyak lagi berbagai peristiwa lucu lainnya.

Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa anak cucu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga senang memelihara tanaman dan binatang hingga saat ini. Ada banyak kisah lucu dan menjadi kenangan yang tak terlupakan yang selalu diceritakan oleh anak cucu Beliau sampai hari ini.

Seperti anak laki-laki Beliau yang bernama Iskandar Zulkarnain, yang akrab dipanggil In, yang sering didapati sedang berkubang bermain-main dengan kerbau berjam-jam di parit lapangan bola. Adiknya yang bernama Abdul Khalik Fajduani, yang biasa dipanggil Don, memelihara puluhan ekor bebek di kamar tidurnya. Sedangkan Siti Mariam yang akrab dipanggil Mary, adik perempuannya, memelihara bebek dan kucing di kamarnya, sampai membuatkan tenda atau kemah untuk hewan-hewan peliharaannya tersebut.

Sampai sekarang cucu-cucu Beliau pun masih senang dengan berbagai hewan peliharaan. Salah seorang cucu Beliau yang bernama Kiki, sampai hari ini memiliki hobi memelihara bermacam-macam hewan, di antaranya adalah kuda laut, kura-kura Brazil, berjenis-jenis ikan, burung, angsa, kalkun, dan beraneka macam ayam dari berbagai negara.

Cucu lainnya yang bernama Lulu sangat senang memelihara kucing dan iguana, bahkan dia pernah memungut anak tikus yang ditemukannya sekarat di tengah jalan, dan Lulu juga pernah memelihara ular ketika ia tinggal di India. Cucu Beliau lainnya yang bernama Muaz pernah memelihara tupai dan musang di kamar tidurnya.

8. Eksentrik dan Humoris

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah seorang yang eksentrik, sangat percaya diri dan humoris, walaupun Beliau juga sangat menjaga norma-norma sosial yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.

Ada sebuah kisah menarik, pernah suatu ketika Beliau membeli mobil baru Holden Kingswood berwarna putih. Beliau tidak tahan akan dinginnya AC, namun ingin mobil tersebut di dalamnya tetap terasa sejuk. Apa yang dilakukan Beliau terkadang tidak bisa kita duga.

Dengan sangat percaya dirinya, Beliau memanggil murid-muridnya, dan berkata “Saya punya mobil baru, namun saya tidak mau kena AC, tapi saya mau udara di dalam mobil tetap sejuk.” Maka apa yang dilakukannya? Ternyata Beliau meletakkan kasur kapuk di atas mobilnya, diikat dengan tali, dan di atas kasur tersebut disiram air agar ruangan di dalam mobil tetap dingin. Bila kasur itu kering di tengah perjalanan, Beliau mencari sumber air untuk membasahi kembali kasur itu menggunakan gembor yang biasa dipakai untuk menyiram bunga.
Sebelum banyak disibukkan dengan beraneka ragam aktivitas, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sering mengajak anak-anaknya untuk berenang bersama. Ketika berenang, anak-anaknya akan duduk di atas punggung Beliau dan berenang berkeliling kolam, layaknya kapal yang sedang membawa penumpang.

Banyak lagi kisah unik Beliau. Dalam kesehariannya, di rumah atau surau yang Beliau pimpin selalu ada anak-anak asuh yang tinggal bersama Beliau, dan dibimbing langsung olehnya, yang jumlahnya hampir mendekati 200-an orang. Anak-anak asuh inilah yang disebutnya sebagai “Ansor”, atau istilah lainnya adalah “Anak Surau”.

Dalam mendidik para Ansor, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga sangat disiplin untuk mengajarkan kepatuhan yang tinggi dan pengabdian yang tidak berbatas, sehingga banyak hal yang dilakukan Beliau dalam memberi contoh kepada Ansor-Ansornya. Dengan berbagai ragam latar belakang kehidupannya, para Ansor yang didik oleh Beliau dilatih dipersiapkan untuk menjadi manusia-manusia unggul yang akan berkiprah dalam kehidupan mereka di kemudian hari kelak.

Beliau tetap selalu membawa nilai-nilai Islam dalam proses pendidikan para Ansor tersebut, dan Beliau selalu menekankan kepada anak-anak didiknya, “Jangan kalian minder, jangan kalian malu, jangan kalian rendah diri, apa bila kalian benar. Malu itu kalau kita mencuri, berbohong, dan berbuat kesalahan.”

Hal-hal inilah yang selalu Beliau tanamkan kepada para Ansor, yang terkadang membuat berbagai hal konyol terjadi dalam perilaku keseharian Ansor-Ansor tersebut. Misalnya ada Ansor yang saat pergi ke pusat perbelanjaan hanya menggunakan sarung tanpa alas kaki. Ketika ditanya, kenapa mereka berpenampilan begitu, para Ansor dengan serta-merta menjawab, “Kenapa harus malu, orang kami nggak mencuri kok.”

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah sosok yang sangat humoris bagi keluarga dan lingkungannya. Tak jarang Beliau melakukan hal-hal usil, seperti menggunakan topeng cakil dan kerudung sambil bersembunyi di balik pintu menunggu orang lewat di depannya, kemudian Beliau akan berseru “Hhhaaaa….” untuk mengagetkan dan menakut-nakuti orang yang lewat. Hal ini menjadi hiburan tersendiri bagi Beliau.

Keusilan dan ke-eksentrik-an Beliau, ternyata “menular” pula kepada anak laki-laki sulungnya, yang bernama Iskandar Zulkarnain atau yang biasa dipanggil In. In sangat sering menggoda keponakan-keponakannya sehingga mereka ketakutan, dengan cerita-cerita horror yang dikarangnya sendiri. In yang berbadan besar dengan tinggi badan hampir dua meter pernah pergi menonton bioskop dengan memakai terompah kayu dan terkadang memakai baju terbalik. Ketika diingatkan bahwa bajunya terbalik, maka In berkata “Ah, nggak kok. Coba lihat dari dalam, manalah terbalik.”

9. Disiplin Dalam Ritme Kehidupan

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya senantiasa menjaga kesehatan dengan sangat baik sekali. Beliau tidak suka dengan pakaian yang sudah terkena keringat, maka jika berkeringat walau sedikit, Beliau langsung mengganti pakaiannya. Pola hidupnya benar-benar disiplin, sampai pengaturan pakaianpun sangat rapi dan baju harus digantung dengan jenis pakaian yang sama.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya selalu berpenampilan sangat rapi dan menjaga kebersihan. Beliau tidak pernah memakai pakaian yang tidak sesuai. Anak cucunya tidak pernah melihatnya memakai singlet ataupun celana pendek. Bahkan anak-anaknya pun tidak pernah melihatnya bertukar baju di depan mereka.

Beliau juga sangat menjaga pola makan. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tidak pernah makan daging, ayam, santan, minyak, kerupuk, garam dan gula. Adapun yang dikonsumsinya hanyalah belut, ikan lele, ikan gabus, dan terkadang ikan senangin atau bawal. Ikan-ikan itu dibeli di pasar dalam keadaan hidup dan sebisa mungkin akan dipelihara lebih dulu selama tiga hari sebelum dikonsumsi, untuk membersihkan racun-racun yang mungkin ada pada ikan tersebut dan menghilangkan aroma lumpur.

Beliau sangat suka makan kue nenas dan kolang-kaling, karena ibunya selalu membuat makanan tersebut pada hari raya. Namun Beliau hanya mengkonsumsi satu potong kue nenas serta dua butir kolang-kaling dan hanya pada saat lebaran, untuk mengenang ibunya.
Sayur untuk makanan Beliau selalu direndam dahulu dengan air garam, dan selanjutnya direndam lagi dengan Kalium Permanganat, kemudian dibilas dengan air yang mengalir. Beliau senantiasa mengkonsumsi beras merah, memakan sayur mentah, pepaya dan santan, buah-buahan, madu, kacang hijau rebus setengah masak, air kencur dicampur dengan air kunyit.

Apabila Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dan keluarganya demam atau kurang enak badan, sudah menjadi tradisi bagi Beliau untuk membuat air lobak cina, nenas muda dicampur dengan gula batu dan asam jawa. Diminum ketika masih hangat.

Beliau sedapat mungkin menggunakan cara-cara tradisional bila merasa kurang enak badan, hal ini juga dilakukan turun-temurun terhadap keluarganya, misalnya: jika batuk maka akan bertangas atau beruap dengan air panas yang dicampur Vicks Vaporub, jika diare maka Beliau akan meminum susu Bear Brand dan mengkonsumsi norit yang merupakan campuran kerupuk jangek, pulut putih, beras dan gambir.

Beliau melazimkan mandi es di tengah malam, untuk memberi efek rileks pada syaraf-syaraf. Oleh karena itu kesehatan dan fisik Beliau sangat prima dan terjaga. Hal inilah yang menyebabkan mata dan fikiran keluarga Beliau menjadi terbuka dan peduli pada kesehatan.
Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga selalu memberikan pelajaran dan contoh-contoh dalam perilaku kehidupan dengan sangat jelas dan tegas. Beliau akan sangat marah apabila ada makanan yang bersisa, atau jika ada barang-barang yang masih bisa digunakan tapi sudah dibuang.

Seringkali pada saat Beliau membawa keluarganya ke restoran, semua yang dipesan harus dihabiskan tanpa tersisa. Bila ada yang tersisa, walaupun hanya dua sendok nasi goreng, maka semua harus dibungkus dan dibawa pulang. Hal ini mengajarkan keluarganya untuk tidak mubazir dan membuang makanan. Beliau berkata “Pesanlah makanan sesuai kesanggupanmu menghabiskannya, Jika kurang, pesanlah lagi. Namun jika berlebih, bertanggungjawablah untuk menghabiskannya.”

Anak cucu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya selalu diperlakukan sama dengan para Ansor yang tinggal di Panca Budi. Jika di malam hari, Beliau sering mengumpulkan anak cucunya untuk melakukan rapat bersama Ansor. Bila anak cucunya melakukan kesalahan maka akan mendapat perlakuan yang sama dengan Ansor yang melakukan kesalahan. Anak cucunya langsung dimarahi di depan Ansor pada saat itu. Mungkin inilah yang menyebabkan Ansor merasa disayang seperti anak sendiri dan menjadi akrab dengan keluarga besar Beliau.
Bila Ansor tidak disiplin seperti menghilangkan atau tidak mencuci piring dan gelas sehabis makan, maka sebagai hukuman piring dan gelas akan disimpan sehingga mau tidak mau Ansor akan membuat piring dan gelas dari batok kelapa. Pelajaran dan hikmah yang diambil oleh anak cucunya dan para Ansor adalah mencari solusi dalam keadaan situasi apapun dan tetap disiplin. Apabila Ansor tidak sholat dan melanggar peraturan, maka hukumannya tidak boleh makan. Makanan yang sudah dimasak langsung diantar ke tempat anak yatim.

10. Romantisme

Secara kasat mata, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah sosok yang nyentrik, tegas dan disiplin. Penampilannya selalu rapih, dengan perawakannya yang gagah dan tegas, namun sejatinya Beliau adalah sosok yang sangat romantis dan penuh kasih sayang. Tak semua orang bisa melihat sisi romantis Beliau, hal itu hanya bisa terlihat dalam keseharian Beliau ketika bersama dengan anak-anak dan istri tercintanya.

Banyak moment-moment tak terduga yang terjadi di dalam keluarga Beliau, misalnya terkadang Beliau dan istrinya Hj. Habibah bernyanyi sambil diiringi musik ataupun nyanyian anak-anaknya. Di waktu-waktu senggang hampir sehari-harinya Beliau dan keluarga besarnya sering berkumpul dan bernyanyi bersama, ini merupakan sebuah anugerah di mana hampir sebagian besar keturunan Beliau mempunyai suara yang merdu dan bisa memainkan banyak alat musik, walaupun kebanyakan tidak pernah belajar musik secara khusus.

Karena hal inilah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya membuat ruangan yang di dalamnya banyak tersedia alat musik, mulai dari piano, organ, keyboard, drum, gitar, dll, sehingga alat-alat tersebut seringkali dimainkan sewaktu keluarga berkumpul.
Bakat bermusik pada anak-anaknya kemungkinan besar diturunkan dari istri Beliau, Hj.Habibah, yang sangat pandai bernyanyi dengan nada suara tenor yang tinggi mencapai hampir tiga oktav. Bernyanyi adalah hobi Hj. Habibah, ketika masak, mandi, berberes rumah, dan apapun kegiatannya tak luput dari nyanyian, dan di dalam keluarga Beliau sepertinya “tiada hari tanpa suara merdu Hj. Habibah.”

Cucu dan cicit Beliau juga pandai bernyanyi dan pandai pula memainkan alat musik. Nampaknya seluruh keluarga Beliau memiliki bakat seni yang tinggi.

Sisi romantis Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga terlihat ketika sedang melakukan travelling bersama keluarga besarnya. Biasanya ketika travelling mobil-mobil akan saling beriringan dan Beliau menggunakan mobil berbeda dengan anak-anaknya. Namun dalam perjalanan, anak-anaknya dipanggil untuk pindah ke mobil Beliau untuk bernyanyi bersama.
Dalam berbagai kesibukannya, Beliau masih menyempatkan untuk mengajar anak-anaknya bahasa Inggris, bermain, dan membuat mainan dari kayu/kotak korek api, mengendarai mobil dan mendongeng. Antara lain cerita “Helen of Troy, Winnetou Karl May, Winnie de Poeh, Little House On The Praire, Shakespeare dan Hans Christian Handerson.”

Mungkin inilah yang pernah dikatakan oleh Don Vito Corleone “A man who doesn’t spend time with his family can never be a real Man”……….

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya memiliki perasaan yang lembut dan mudah terharu. Saat berulang tahun, anak-anaknya memberi hadiah dan Beliau menitikkan air mata. Namun, Beliau pandai menyembunyikan perasaannya.

Ada satu kisah tentang Beliau, saat itu orang tua Beliau (ompung) berpulang ke rahmatullah. Untuk melampiaskan rasa duka hatinya, tanpa sadar Beliau makan tiga kilo ikan lele goreng sendirian, padahal hampir seumur hidupnya Beliau tidak pernah makan gorengan. Setelah upacara pemakaman Beliau pun segera menyusun kembali perabotan yang ada di ruang tamu seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Itu merupakan cara Beliau untuk menyembunyikan kesedihannya, “Ruangan kosong hanya akan menambah kesedihan,” kata Beliau.

Di saat seorang cucunya meninggalpun Beliau sangat sedih dan seketika pucat pasi saat mendengar kabar duka tersebut. Namun, dalam hitungan detik Beliau mampu mengontrol emosinya dan kembali seperti semula.

11. Silaturahmi dan Kehidupan Sosial

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sangat bersahabat dengan pejabat-pejabat negara pada masa itu. Hal ini disebabkan karena banyak para petinggi-petinggi negara, maupun pejabat-pejabat pemerintahan yang menjadi pengikut ataupun murid-murid Beliau.

Tak jarang Beliau membawa keluarganya untuk bersilaturahmi kepada sahabat-sahabatnya tersebut, semisal sewaktu kecil anak-anak Beliau sering bermain-main ke rumah Gubernur dan sahabat-sahabat lainnya. Di antaranya Prof. Maas, Prof. Suroso, Dr. Hidayat, Dr. Lie Thing Shiu, Dr. Darwis. Dan satu hal yang tidak pernah Beliau lupa adalah melazimkan memberi oleh–oleh kepada sahabat-sahabatnya jika berkunjung, dan bila Beliau keluar kota, apabila di kota tersebut ada sahabatnya, maka Beliau mengusahakan untuk menyisihkan waktu untuk bersilaturahmi.

Sebagai contoh, jika Beliau melakukan perjalanan ke Jakarta, selalu membawa oleh-oleh dodol Garut dari sana, hal ini disebabkan karena di Medan tidak ada dodol Garut pada masa itu. Beliau selalu berkata kepada anak cucunya “Berhadiahlah kalian, karena sesungguhnya hadiah itu adalah bentuk dari berkasih sayang.”

Hubungan Beliau dengan murid-muridnya juga sangat erat, hubungan yang lebih seperti orang tua kepada anaknya, hal ini jugalah yang menyebabkan Beliau selalu dipanggil dengan sebutan Ayah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Beliau mengajak murid-muridnya untuk berwirid. Beliau menjemput muridnya untuk datang wirid. Kadang-kadang ketika Beliau datang menjemput, salah seorang muridnya berkata “Maaf Ayah, malam ini saya tidak bisa wirid, lagi ada keperluan yang lainnya”. Dan Beliau dengan legowo mengatakan “Tidak apa-apa, minggu depan akan Ayah jemput lagi.”

Rasa sayang antara guru dan murid inilah yang membuat hampir setiap hari Minggu Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya selalu dikunjungi oleh murid-muridnya, dan biasanya mereka akan makan siang bersama-sama dengan makanan yang dibawa murid-muridnya, ataupun yang dimasak murid-muridnya di rumah Beliau.

Sudah menjadi sebuah kelaziman di hari-hari istimewa, seperti ulang tahun, naik kelas, meraih prestasi, dan sembuh sakit, hadiah yang didapat oleh keluarganya adalah berupa pulut kuning dan ayam panggang. Dan tradisi ini yang kemudian diteruskan oleh keluarga besarnya sampai sekarang.

Bahkan salah seorang anak Beliau berujar “Pa…. Kenapa papa pelit kali, kami selalu aja dapat hadiah ayam panggang dan pulut kuning terus?” Beliau menjawabnya dengan tegas “Ada hadiahku yang paling berharga untuk kalian. Aku persaudarakan kalian dengan berjuta-juta muridku. Dan persaudaraan sesama zikirullah lebih kental dari persaudaraan sesama darah. Itulah hadiahku yang paling berharga.”

Karena rasa sayang terhadap murid-muridnya inilah, maka Beliau mendirikan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya. [MUA]

Sumber (Artikel 7-11): Biografi Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

12. Sejarah Perkembangan Surau

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mulai mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah pada tahun 1950. Saat itu Beliau belum memiliki surau sendiri. Atas perintah dan izin dari Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim, guru Beliau, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bersama dengan murid-muridnya mengadakan suluk di surau gurunya yang terletak di Buayan, Lubuk Aluang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Beberapa waktu kemudian, Beliau membuka surau di Bukittinggi, dan sempat menyelenggarakan beberapa kali suluk di sana.

Selanjutnya, pada tahun 1954 Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya hijrah ke kota Medan. Saat meninggalkan Bukittinggi dan Padang, Beliau sudah menghasilkan sepuluh orang Khalifah pertama, yaitu:

  1. Khalifah Drs. Yahya Senawat
  2. Khalifah Ir. Sofyan Abdullah
  3. Khalifah Drs. Rustam Gani
  4. Khalifah Arfan Sawi
  5. Khalifah Marah Halim Siregar
  6. Khalifah A. Husin Djindan
  7. Khalifah Machmud Fatah
  8. Khalifah Yusaf Rahman
  9. Khalifah Khairuddin
  10. Khalifah A. Riva’i Rakub Sutan Hidayat

Selanjutnya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tidak lagi menggunakan istilah “khalifah” bagi muridnya yang telah banyak suluk, sebab menurut Beliau istilah tersebut terlalu tinggi. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya beranggapan bahwa kekhalifahan/pengganti biarlah ditentukan oleh Allah SWT, kelak.

Di Kota Medan, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya melaksanakan kegiatan tarekat dan suluk di rumah kakak Beliau di Jln. Mahkamah, Kota Medan. Di belakang rumah kakaknya inilah Beliau mendirikan surau kecil yang terbuat dari kayu, yang kemudian berpindah lagi ke Jl. Binjai kompleks SPMA Negeri.

Berhubung kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah dilakukan di SPMA Negeri, maka banyak murid SPMA ikut mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah bahkan menjadi Ansor. Beliau membimbing dan membiayai Ansor yang tinggal bersama Beliau dengan gaji pribadinya. Saat itu Ansor Beliau sudah mencapai jumlah seratus-an orang.

Seiring dengan bertambahnya pengikut Tarekat Naqsyabandiyah, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya membesarkan surau kayu kecilnya yang dipindahkan dari Jln. Mahkamah ke Jln. Binjai (sekarang bernama Jln. Jend. Gatot Subroto Km 4,5), dan surau kayu kecil itu jugalah yang diperbesar oleh Beliau untuk melaksanakan kegiatan suluk empat atau lima kali dalam setahun. Beberapa tahun kemudian, surau ini berkembang menjadi besar, dan di lokasi ini juga Beliau mendirikan Akademi Metafisika, yang saat ini dikenal dengan nama Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB).

13. Pokok-Pokok Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menegaskan dan memastikan bahwa Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpin oleh Beliau berpegang/berpedoman pada :

  1. Al-Qur’an;
  2. Al Hadist;
  3. Ijma’ Ulama;
  4. Qiyas;
  5. Ilmu sunnatullah/hukum-hukum ilmu alam dalam alam semesta (teknologi Al-Qur’an) sesuai dengan Q.S. Ali Imran 3:190,191, Q.S. Yusuf 12:105, Q.S.  An Nur 24 : 35, Q.S. Fushshilat 41:533 dan lain-lain.

Tarekat Naqsyabandiyah ini tergolong Ahlussunnah wal jama’ah dan bermazhab Syafi’i dalam bidang fikih. Adapun Pokok-pokok pelaksanaan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah ada 12,  yaitu :

  1. Tidak boleh bertentangan/menyalahi seluruh ketentuan syariat Islam. Tarekat adalah semata-mata amalan dzikrullah, guna mengisi/mempraktekkan / mengintensifkan pengalaman syariat Islam dalam mengamalkan dzikrullah;
  2. Tali silsilah/wasilah;
  3. Mursyid;
  4. Kaifiat;
  5. Suluk/i’tikaf (bagi mereka yang mampu). Dalam suluk/i’tikaf mengintensifkan peramalan dzikrullah sesuai dengan Q.S. Al Maidah  5: 35 dan Q.S. Ali Imran 3: 200;
  6. Zikir. Yang digunakan zikir “sir” (tak terdengar), sesuai dengan Q.S. Al A’raf 7: 205);
  7. Non politik, tidak mencampuri urusan ekonomi dan duniawi murid/jamaah. Tidak ada semacam sumpah setia, ikrar, perjanjian dan hal-hal lainnya;
  8. Buku-buku karya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya. Buku-buku tersebut merupakan sarana untuk menyampaikan dan menerangkan amalan dzikrullah dengan menggunakan ilmu eksakta dalam menjelaskan tentang tarekat, mursyid dan wasilah. Sarana ini diperlukan karena ilmu eksakta adalah ilmu yang hampir tidak mungkin menimbulkan khilafiah dan tafsir yang dapat menimbulkan polemik. Dengan demikian buku-buku tersebut diharapkan dapat mengatasi pertentangan yang sudah memakan waktu dan energi ratusan tahun lamanya, serta merugikan terhadap kemajuan, kesatuan dan persatuan Islam selama ini.

    Buku-buku ini juga membukakan mata seluruh umat Islam di dunia akan adanya energi maha dahsyat yang terpendam di dalam Al-Qur’an, yang selama ini dilupakan dan diabaikan oleh seluruh dunia Islam untuk merisetnya. Diharapkan dunia Islam kuat dan menang dalam segala aspek perjuangannya.

    Bagi mereka yang tidak menguasai ilmu eksakta, mungkin agak sulit untuk memahami buku-buku tersebut, buku-buku tersebut lebih mudah dipahami oleh kalangan para ahli tasawuf dan para intelektual dalam bidang eksakta. Dengan kata lain, memahami buku-buku tersebut tidak perlu harus seorang sarjana, tapi sebaiknya mempunyai pengetahuan minimal tentang ilmu eksakta.
  9. Dakwah. Yang paling diutamakan dalam dakwah ini adalah mendidik akhlak berdasarkan Syariat Islam dan terutama dakwah melalui keteladanan;
  10. Adab/etika atas dasar ke-Tuhanan
  11. Petoto. Petoto adalah semata-mata pembantu atau khadam, khusus hanya di surau-surau/alkah-alkah dalam peramalan, sehingga harus senantiasa bersifat ubudiyah dan tidak berhak mencampuri urusan murid-murid sampai ke rumah-rumahnya.
  12. Menjaga ukhuwah Islamiyah atas dasar Hablumminallah dan Hablumminannas dengan tidak melanggar Undang-Undang dan peraturan yang berlaku, tidak melanggar adat-istiadat, dan sesuai dengan hukum syara’. Memelihara kesatuan dan persatuan dengan seluruh umat Islam atas dasar Ukhuwah Islamiyah dan Pancasila.

Pandangan hidup Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, dirumuskannya dalam Piagam Panca Budi, yaitu:

  1. Pengabdian kepada Allah SWT (Devotion or worship to God)
  2. Pengabdian kepada Bangsa (Devotion or worship to the nation)
  3. Pengabdian kepada Negara (Devotion or worship to the country)
  4. Pengabdian kepada Dunia (Devotion or worship to the world)
  5. Pengabdian kepada Manusia dan Perikemanusiaan (Devotion or worship to mankind and humanity)

Sementara motto yang diajarkan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah:

  1. Beribadahlah sebagai Nabi/Rasul Beribadah (Pray like how prophets pray)
  2. Berprinsiplah dalam hidup sebagai pengabdi (Stand lika a devotee)
  3. Berabdilah dalam mental sebagai pejuang (Devoted as a patriot)
  4. Berjuanglah dalam kegigihan dan ketabahan sebagai prajurit (Strive lika a soldier)
  5. Berkaryalah dalam pembangunan sebagai pemilik (Work as an owner)

Penganut Tarekat tidak boleh mengabaikan dan meninggalkan Syariat Islam, karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengemukakan bahwa pengamal Tarekat Naqsyabandiyah, di samping melaksanakan ibadah yang wajib, juga melazimkan pelaksanaan amalan sunah seperti shalat sunah rawatib, shalat sunah taubat, shalat sunah tahajud, puasa sunat, dan lain-lain.

Tarekat adalah cara mengamalkan syariat dan menghayati inti daripada hakikat syariat itu sendiri, serta menjauhkan diri dari hal-hal yang melalaikan pelaksanaannya, sehingga menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh syariat itu sendiri. Dalam melaksanakan syariat dan tarekat di tengah-tengah masyarakat, harus memperhatikan adat-istiadat setempat, dan harus diselaraskan dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya ketika mengilustrasikan ajaran tarekat yang dibawanya adalah seperti bawang, kulit bawang itu sendiri sekaligus adalah isinya, dari lapisan pertama sampai dengan lapisan terakhir. Kulit bawang adalah hakikat bawang itu sendiri dan sebaliknya, hakikat bawang adalah kulitnya itu sendiri.

Begitu pulalah halnya antara syariat, tarekat dan hakikat. Tarekat itu adalah pengamalan syariat itu sendiri. Maksudnya, kita harus masuk agama Islam secara keseluruhan, melaksanakan syariat, tarekat, dan hakikat, secara lahir dan batin, untuk mendapatkan ma’rifat (mengenal Allah).

Tarekat itu harus berada dalam Islam, sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadist. Segala tarekat yang tidak sesuai dengan Islam adalah salah. Penganut tarekat harus ber-syariat. Pada zaman dahulu setelah selesai mempelajari syariat Islam barulah boleh masuk tarekat. Dengan kata lain tarekat yang suci harus berdiri di atas syariat yang murni.

Pengamal tarekat dilarang mencari kekeramatan. Mencari kekeramatan sebenarnya merupakan pendangkalan dari kesucian Allah SWT. Manusia tidak ada yang keramat, yang keramat sebenarnya hanya satu, yaitu Allah SWT.

Tujuan utama penganut tarekat adalah mencari ridha Allah SWT semata dan memurnikan tauhid kepada-Nya. Tauhid-lah yang dijadikan landasan berfikir penganut tarekat dalam bersikap “Ilahi Anta Maqshuudii Wa Ridlaaka Mathluubii” (hanya Allah yang kumaksud dan Keridhaan-Nya yang kucari) dan bertindak sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadist.

Ketika Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendapatkan pertanyaan, “Apakah tarekat itu perlu?” Beliau menjawab “Perlu atau tidaknya tarekat jangan dipersoalkan. Yang perlu adalah bagaimana janji Al-Qur’an bisa kita realisasikan”. Janji Al-Qur’an itulah yang ternyata dapat direalisasikan oleh  para Syaikh -Syaikh  tarekat.

Beliau juga mengatakan “Walaupun ada seribu garis, tetapi garis-garis itu masih menghubungkan dua titik. Sehingga garis-garis yang ditarik tampak satu dan menjadi satu”. Artinya bahwa ahli tarekat yang haq itu walaupun ada beberapa, hakikatnya hanya satu, yaitu membawa kalimah Allah SWT. Beliau tidak mengklaim bahwa Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpin oleh Beliau adalah pokok dari segi silsilah, sedangkan yang lain adalah cabang atau ranting. Bagian yang terpenting adalah seorang guru harus jelas silsilah (keguruan)-nya, dan harus berkualitas Aulia Allah (Waliyyam Mursyida).

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tidak pernah menyatakan dirinya Aulia Allah, baginya yang Aulia Allah adalah gurunya. Beliau hanya meneruskan amanah pekerjaan gurunya. Bersahabat dengan Aulia Allah berarti dekat dengan Allah SWT, dekat dengan Allah SWT berarti bersahabat dengan seluruh Nabi dan wali-wali-Nya.

Beliau mengingatkan bahwa tarekatullah bukanlah suatu kelompok, tetapi merupakan kumpulan orang-orang yang mencari keridhaan Allah SWT dengan selalu berzikir berdasarkan metode tarekatullah. Salah pengertian dan pemahaman tentang tarekat akan menyebabkan tercemarnya nama sang guru. Karena itu penting untuk mengerti dan memahami dengan benar apa yang menjadi pokok-pokok dalam tarekat dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, dengan tujuan “Illahii Anta Maqshuudii Waaridlaaka Mathluubii”.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah menanamkan pengertian bahwa tempat tarekat adalah tempat menyelenggarakan peramalan dzikrullah. Di situ tidak ada motivasi keduniawian, yang ada hanyalah mencari keridhaan Allah SWT.  Pendirian tempat wirid berasal dari tradisi keguruan yang memiliki aturan mainnya masing-masing, dan bukan berasal dari hubungan kekeluargaan. Didirikannya tempat wirid oleh ikhwan tarekat dan hadirnya mereka adalah untuk melaksanakan zikir dengan metodologi tarekatullah, yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya.

Bila ajaran Tarekat Naqsyabandiyah diamalkan seseorang dengan sungguh-sungguh, itu menunjukkan bahwa dia telah menemukan wasilah dalam peramalannya di jalan Allah SWT. Menurut Beliau, orang ini akan mampu meneruskan dan menyalurkan rahmat Allah SWT ke lingkungan sekelilingnya, lingkungan yang lebih luas, bahkan ke negaranya. Dia akan mampu membangun dengan sempurna, dengan hati yang tulus ikhlas, khalis mukhlisin, dan pasti akan berhasil dengan gilang-gemilang. Karena ia adalah sang penyalur yang akan membawa kemenangan absolut, yang tersimpan dalam Kalimatullah Hiya Al ‘Ulya (kalimat Allah yang Maha Tinggi) yang Maha Akbar, Maha Sempurna dan Maha Menang.

Allah SWT adalah absolut, maka tenaga maha dahsyat alam metafisika akan mampu menembus ke alam di mana saja. Dengan itulah maka segala firman Ilahi akan menjadi realitas yang maha dahsyat. Bukan hanya untuk nanti ketika di akhirat saja, tetapi mulai dari dunia ini, firman-firman Allah tersebut sudah akan berlaku secara nyata, fakta dan realita.

14. Pembinaan Sistem Dakwah

Pembinaan sistem dakwah terbuka dilaksanakan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bagi orang-orang yang belum masuk tarekat  dan bagi orang yang telah masuk tarekat. Dakwah itu harus dilaksanakan oleh mereka yang ahli di dalam bidangnya, baik bidang syariat maupun tarekat. Sesungguhnya tarekat itu tidak didakwahkan, tetapi lebih banyak untuk diamalkan. Oleh sebab itu dakwah tarekat sangat terbatas, dan materi yang dikemukakan hanya untuk memberikan penjelasan mengapa orang perlu masuk tarekat dan apa manfaatnya bila orang beramal, beribadat, dan berzikir dengan menggunakan metodologi tarekat.

Namun, sesuai dengan tuntutan zaman dewasa ini, maka Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya melaksanakan pula dakwah yang lebih luas dan terbuka, dengan cara mengadakan pengajian umum, ceramah, seminar nasional dan internasional, serta penerbitan buku-buku metafisika, tasawuf dan tarekat.

15. Pembinaan Ikhwan/Akhwat

Ikhwan pengamal Tarekat Naqsyabandiyah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya tidak diikat dengan sumpah setia, ikrar, perjanjian, dan lain sebagainya. Mereka bebas untuk mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyah atau meninggalkannya. Dengan demikian ikhwan tidak didaftar, tidak diberikan kartu anggota, dan tidak pula dipungut biaya.

Pembinaan ikhwan dilakukan oleh pengurus tempat-tempat wirid (surau) dengan melaksanakan majelis zikir peramalan bersama pada waktu-waktu tertentu, dan sewaktu-waktu dapat diadakan majelis taklim dengan pola pembinaan melalui sistem dakwah di atas.

Dalam pembinaan terhadap ikhwan, pengurus tempat wirid tidak boleh mengganggap ikhwan lainnya sebagai murid, apalagi memerintah/meminta dengan cara memaksa. Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya memberikan contoh jelas dengan tidak pernah memberi tugas kepada siapapun. Biasanya petugas akan datang sendiri, jarang sekali Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya memberi tugas kepada ikhwan, kalaupun Beliau memberi tugas itu sesuai dengan kemampuan dan kerelaan yang terkait.

Beliau tidak pernah mengeluarkan daftar derma untuk membangun surau, apalagi untuk keperluan lain. Karena bagi Beliau, surau adalah semata-mata sebagai sarana untuk menjalankan ibadah dan peramalan kepada Allah SWT.

16. Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

Pada tanggal 27 November 1956, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendirikan Akademi Metafisika di bawah ‘Yayasan Akademi Metafisika’, di Medan, yang tercatat dalam Akte Notaris No. 97 tahun 1956. Kemudian Akademi Metafisika ini berubah menjadi Universitas Pembangunan Panca Budi pada tahun 1961, sementara pada tahun 1980 ‘Yayasan Akademi Metafisika’ berubah namanya menjadi ‘Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya’. Tujuan Beliau dalam mendirikan Yayasan ini adalah:

  1. Mengembangkan pendidikan dan pengajaran secara modern, baik pendidikan umum maupun pendidikan Agama Islam dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi yang bersifat akademis maupun universitas;
  2. Mengembangkan ajaran Agama Islam berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadist dan Tasawuf Islam;
  3. Pengembangan ilmu ketabiban/kedokteran, antara lain terhadap penyakit “lever abscess”, “lung abscess”, narkotika, kanker kulit, kanker payudara, hemarrhoide (wasir), jantung, tumor, batu empedu, pankreas, dan lever, prostat, AIDS, mentruasi bulanan yang tidak pernah berhenti selama 8 tahun, dan berbagai penyakit aneh serta ganjil yang tidak dapat disembuhkan secara medis sebab mengandung unsur ghaib dan lain lain.
  4. Pembinaan kerohanian bagi masyarakat dan generasi muda yang “sesat jalan”, putus sekolah, kecanduan narkotika dan minuman keras, kenakalan remaja dan memberikan kepada mereka pendidikan formal/informal.
  5. Terbinanya insan yang berpengetahuan tinggi baik duniawi maupun akhirati dalam suasana lingkungan yang sehat dan lestari.
  6. Bidang bidang lainnya meliputi ketatanegaraan, menumpas atheisme/komunisme, kemasyarakatan, dan lain lain.

Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas), pada saat ini telah memiliki kewenangan hukum untuk melaksanakan aktivitasnya. Pembentukan secara resmi dengan SK Pendirian Yayasan yang terdaftar di Menkumham. Yayasan juga secara nasional telah terdaftar di Dirbinmas, Ditjen Sospol Depdagri, pada tanggal 25 Agustus 1995, dan secara rutin kegiatan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dilaporkan kepadanya.

Salah satu kegiatan utama dari Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya adalah mendirikan rumah ibadah (surau-surau) untuk mengamalkan dzikrullah/ melaksanakan latihan mental spiritual (i’tikaf/suluk).

Sampai dengan bulan Juni tahun 2018, sudah berdiri 616 surau/tempat wirid di seluruh pelosok Indonesia, 15 di Malaysia, dan satu di Amerika Serikat.

Untuk membentuk keterhubungan informasi dan koordinasi antar surau-surau tersebut, di tingkat pusat dibentuklah Badan Koordinasi Kesurauan (BKK), sedangkan di tingkat provinsi dibentuk Badan Kerjasama Surau (BKS). Selanjutnya Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) membentuk pula suatu badan yang disebut Pusat Kajian Tasawuf, untuk mengangkat Ilmu Metafisika ke permukaan, khususnya Tasawuf dan Tarekat, dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar, ceramah, dialog dan sebagainya.

17. Karya dan Bakti

Lebih dari 50 tahun secara terus menerus, tidak mengenal waktu dan tempat, ataupun siang dan malam, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mengabdikan dirinya untuk kebesaran Kalimatullah Hiya Al ‘Ulya (kalimat Allah yang Maha Tinggi), demi keagungan asma Allah Yang Maha Besar dan Maha Agung. Melalui pengamalan dzikrullah dengan metodologi tarekatullah, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah membaktikan hampir seluruh usianya untuk membimbing dan membina umat, menegakkan tauhid, menggalakkan a’malush shalihat (amal shaleh), sesuai dengan akidah dan syariat Islam yang diwahyukan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Amanat Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh para ulama pewaris ilmu Rasulullah yang tahkik, melalui ahli silsilah yang telah mendapatkan ilham, petunjuk, ilmu ladunni maupun ilmu kasysyaf yang langsung dari Allah SWT.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya bukan hanya telah menceritakan itu semua sebagai ilmul yakin atau ainul yakin, tapi telah mengaktualisasikannya menjadi suatu kenyataan dalam kehidupan umat yang beragama, berbangsa dan bernegara, yang berfalsafah Pancasila.

Dalam kurun waktu beberapa dasawarsa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah ber-ubudiyah nyata dalam menegakkan akidah dan syariat yang tahkik dan berhakikat dalam membina umat. Bukan hanya itu, Beliau sebagai pejuang, telah mengabdikan diri ikut andil mengambil bagian menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam menumpas musuh utama negara Republik Indonesia, Beliau telah mengambil bagian untuk menumpas gerakan komunisme atheis, bukan hanya di negara tercinta Republik Indonesia saja, bahkan juga diminta bantuan dan do’anya untuk menumpas gerakan komunis di negara tetangga.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya turut andil dalam mengisi kemerdekaan. Dalam bidang pendidikan Beliau mendirikan lembaga pendidikan dari Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA, SMK, sampai dengan Perguruan Tinggi, yang diberi nama Perguruan Panca Budi dan Universitas Pembangunan Panca Budi, di Medan.. Dalam bidang agama, sosial dan kebudayaan Beliau mendirikan ratusan surau dan alkah baik di dalam maupun di luar negeri.

Demikian banyaknya jumlah anak didik dan anak asuh Beliau, yang jika dihitung tentu sudah jutaan jumlahnya, yang Beliau didik dan bekali dengan berbagai macam keterampilan, bahkan memberi pekerjaan yang dilaksanakan dengan segala konsekuensi biaya dan waktu di mana semuanya diberi dengan cuma-cuma, demi kebesaran Kalimatullah Hiya Al ‘Ulya.

Demi turut berpartisipasi membina bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila yang dicintainya ini, Beliau juga menyantuni lembaga-lembaga kemanusiaan seperti Rumah Yatim Piatu/Panti Asuhan, Lembaga Penyantunan Manusia Lanjut Usia, dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Banyak aktivitas sosial Beliau lainnya yang tidak mungkin diutarakan satu-persatu pada buku ini.

Semua itu dilaksanakan karena amanah yang diemban oleh Beliau sebagai Ulama Pewaris Nabi, seorang sufi dan seorang Mursyid, yang mengikuti suri tauladan (uswatun hassanatun) junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau melaksanakan itu semua dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, yang dimotivasi oleh rasa cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu semuanya dilaksanakan semata-mata karena Lillahi Ta’ala.

Latar belakang Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, yang ilmuwan Fisika – Kimia, menguasai Bahasa Inggris, Jerman dan Belanda, serta menekuni Ilmu Filsafat Kerohanian dan Metafisika Islam khususnya tasawuf dan tarekat, telah mewarnai syiar perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di masanya.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya pernah mengatakan, “Sewaktu manusia masih sederhana pemikirannya, agama tak mungkin diterangkan secara ilmiah yang sempurna. Walaupun sebenarnya Islam sebagai agama yang ilmiah dan amaliah. Oleh karena itu, sebagian besar agama diajarkan secara dogmatis dan kepercayaan semata-mata. Hanya sebagian kecil saja agama diajarkan secara ilmiah popular. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan, semakin nyata bahwa Islam adalah agama yang sangat ilmiah.”

Maka itu, semasa hidupnya, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sering tampil sebagai pemakalah kegiatan seminar-seminar nasional dan internasional yang mengedepankan tema seputar Teknologi Al -Qur’an dalam Tasawuf Islam. Tercatat ada 15 kali seminar nasional dan 2 kali seminar internasional yang melibatkan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya sebagai narasumber. Semua karya-karyanya menegaskan apa yang telah dituliskan oleh guru-gurunya dalam ijazah kemursyidan, bahwa Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah ‘Guru para cerdik pandai’.

18. Tulisan Ilmiah

Adapun tulisan-tulisan ilmiah karya Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dalam format buku dan paper, antara lain:

  1. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Sebuah Naskah Dari Kumpulan Capita Metafisika, Muhammad Dan Islam, Bagi Mereka Yang Dikarunia Ilahi Menuju Jalan Kebenaran, Jalan Allah SWT, Jakarta, 1969;
  2. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Kumpulan 77 Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang Dalil-Dalil Melaksanakan Zikirullah Dengan Pimpinan Sang Mursyid (Imam), Diterbitkan oleh Panitia  peringatan hari Guru, Darul Amin, Medan, 20 Juni 1973;
  3. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Fatwa yang Mulia Ayahanda Guru : Jadikanlah Sifat ‘Ubudiyah (Sebagai Pedoman Hidup untuk Anak-Anak Alqah di seluruh Indonesia), Difatwakan pada tanggal 15 Juli 1973 di Mesjid Jamik Darul Amin, Medan;
  4. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Analisa Kelemahan dan Kekuatan Islam, (Sebagai Sumbangsih Kearah Menggali, Metode Pembentukan Insan Kamil dan Khazanah Islam Mulia Raya), Diterbitkan oleh Lembaga Dakwah Darul Amin, Medan, 1976;
  5. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Sinopsis Sistem Mendarah Dagingkan Pancasila, Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1979;
  6. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Kwalitas Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika beserta Tanggapan mengenai Piramida, UFO dan ETI di tinjau dari Sudut Metafisika, Medan, 1981;
  7. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Capita Selecta tentang Agama, Metafisika dan Ilmu Eksakta, Jilid I, Rektor Universitas Pembangungan Panca Budi (UNPAB), Medan, 1981;
  8. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Penjelasan Tentang Wasilah dan Mursyid, Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1982;
  9. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Capita Selecta, Jilid II, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UNPAB Medan, Medan, 1982;
  10. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Capita Selecta : Agama, Metafisika dan Ilmu Eksakta, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UNPAB Medan, Medan, 1982;
  11. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Ibarat Sekuntum Bunga dari Taman Firdaus, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UNPAB, Medan, 1982;
  12. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya , Filsafat tentang Keakbaran dan Kedahsyatan Kalimah Allah (Adalah Hanya Satu-Satunya Benteng dan Senjata Maha Akbar Sebagai Penakluk Terhadap Bahaya Atom dan Nuklir), Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi, Penasehat Ahli Menteri Negara KESRA RI, Pens (31 Tahun Dinas pada RI), Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan, 1983;
  13. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Tentang Teknologi Modern dan Al-Qur’an (Mengiringi Seminar Islam pada IAIN Medan), Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi, Diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika, UNPAB, Medan, 1983;
  14. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Ilmu Tasawuf Islam, Asas-Asas dan Dalil-Dalil dari Tarekatullah, UNPAB, Medan, 1984;
  15. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Tentang Teknologi Modern dan Al-Qur’an atau Ilmu Metafisika Eksakta dalam Mengupas Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW, Rektor Universitas Peambangungan Panca Budi, Medan, 1984;
  16. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Kumpulan Kuliah pada Lembaga Ilmiah Tasauf Islam. Lembaga Ilmiah Metafisika Tasawuf Islam (LIMTI), Medan, 1984;
  17. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Mutiara Al-Qur’an dalam Capita Selecta tentang Agama, Metafisika dan Ilmu Eksakta, Jilid III, Diterbitkan oleh Lembaga Ilmiah Metafisika tasauf Islam (LIMTI), UNPAB, Medan, 1985;
  18. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Isra’ Mi’raj Rasullullah SAW Ditinjau dari Sudut Fisika Eksakta, Fakultas Ilmu Kerohanian dan Metafisika UPAB, Medan, 1985;
  19. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Pidato Ilmiah Tentang Kekebalan Al-Qur’an Sebagai Mukjizat Terbesar dari Rasulullah SAW, pada peringatan hari Ulang Tahun Golongan Karya yang ke-21 di Aula Universitas Pembangunan Panca Budi tanggal 25 Oktober 1985, di Medan;
  20. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Teknologi Al-Qur’an dalam Tasawuf Islam, Paper diseminarkan dalam Seminar Internasional Teknologi Al Quran UNPAB, Medan, 1986;
  21. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Teknologi Al-Qur’an (Teknik Munajat Kehadiran Allah SWT, diterbitkan oleh Lembaga Ilmiah Metafisika Tasauf Islam (LIMTI), UNPAB, Medan, 1989;
  22. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Pelaksanaan Teknologi Al-Qur’an, Bukit Tinggi, tp, 1990;
  23. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Fenomena-Fenomena dan Kedahsyatan Al-Qur’an Karim, Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi dan Guru Besar ilmu Fisika – Kimia  serta Guru Besar dalam Ilmu Metafisika Eksakta dan Tasauf Islam, diterbitkan oleh Badan Koordinasi Kesurauan (BKK) Pusat, Pekanbaru, Riau, 1992;
  24. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Menganalisa sebab-sebab kekalahan-kekalahan hebat yang dialami Ummat Islam dewasa ini di Timur Tengah, Paper dalam Sarasehan Sehari, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan, 1992;
  25. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Manusia dalam Menyongsong Abad XXI, Paper diseminarkan dalam Seminar Nasional di kampus Universitas Brawijaya, Malang, 1993;
  26. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Teknologi Maha Dahsyat dalam Al Qur’an, Paper diseminarkan dalam Seminar Nasional, IAIN Sumatera Utara, Medan, 1993;
  27. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al-Qur’an Pada Era Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, Paper diseminarkan dalam rangka Dies Natalis ITS Surabaya ke-34 di Kampus ITS Surabaya, 1994;
  28. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi Perkembangan Peradaban Manusia Sampai Akhir Zaman, Paper dalam Forum Diskusi Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1994;
  29. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Teknologi Al-Qur’an: Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Kumpulan makalah, Bogor: t.p., 1997;
  30. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Pokok-Pokok Ajaran Tarekatullah, Panca Budi, Medan, tt;
  31. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Salah Satu Dasar Tarekat (Fatwa Yang Mulia Ayah Guru), Badan Pelaksana Harian Kampus Darul Amin Medan, Medan, tt;
  32. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Temu Ilmiah Seminar Internasional (Makalah);
  33. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, Filsafat Ketuhanan Yang Maha Esa di pandang dari Sudut Wetenschap Popular dan Eksakta, Guru Besar Universitas Padjadjaran, Bandung, tt;
  34. Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dan Dr. Fauzie, S.H., Jakarta, tt.

19. Pemakalah Seminar Nasional dan Internasional

Pada periode tahun 1986-1996, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya aktif mengadakan forum ilmiah maupun diundang sebagai pemakalah sekaligus pembicara dalam berbagai forum ilmiah seminar skala nasional dan internasional, antara lain:

  1. Temu ilmiah Seminar Internasional, “Teknologi Al Qur’an Dalam Tasawuf Islam”, diadakan oleh Universitas Panca Budi (UNPAB) di Medan pada bulan Juni 1986.
  2. Temu ilmiah / Seminar Internasional “Penerapan Energi dalam Teknologi Al Qur’an untuk Penanggulangan, Penyembuhan, Pengidap Penyakit Narkotika, Leukemia, Kanker, Alkoholik, AIDS, dan lain-lain”, diadakan di Universitas Panca Budi (UNPAB) bekerjasama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan MABES POLRI, di Medan pada bulan Juni 1989.
  3. Seminar Sehari mengenai “Pembentukan Manusia Seutuhnya Melalui Tasawuf Islam”, diadakan oleh Universitas Panca Budi (UNPAB) di Medan pada bulan Juni 1990.
  4. Seminar Ilmiah “ Teknologi Al Qur’an, Relevansi, Metodologi, dan Aplikasi”, diadakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada bulan Januari 1993.
  5. Sarasehan Nasional “Teknologi Al Qur’an dalam Menghadapi Tantangan Zaman Demi Suksesnya Pembangunan”, diadakan oleh Kampus Baitul Amin di Sawangan Bogor pada bulan April 1993.
  6. Seminar Nasional “Prinsip dan Aplikasi Teknologi Metafisika Islam untuk Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Menyongsong Abad XXI dan Guna Membuktikan Secara Nyata, Fakta, dan Realita ke-Mahabesaran-an Firman-Firman Allah dan Sunnah Rasulullah SAW”, diadakan oleh Universitas Brawijaya dan ICMI Pusat, di Malang pada bulan September 1993.
  7. Seminar Nasional “Teknologi Mahadahsyat dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor pada bulan Oktober 1993.
  8. Seminar Nasional “Teknologi Mahadahsyat dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Medan pada bulan November 1993.
  9. Kongres Nasional Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (IPTEK) serta upaya dalam meningkatkan kesejahteraan umat, “Teknologi Al Qur’an dalam Menghadapi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern dan Dalam Mendukung Kebangkitan Islam di Akhir Zaman dengan Power dan Energi yang Digali dari Dalam Al Qur’an”, diadakan oleh Universitas Islam Riau Pekanbaru, bekerjasama dengan ICMI Pusat dan Pemerintah Daerah TK I Riau, pada tahun 1994.
  10. Seminar Nasional “Tekonologi Al Qur’an dalam Kaitannya dengan Era Globalisasi dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Serta Tekonologi Modern”, diadakan oleh Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan pada bulan Juni 1994.
  11. Seminar Nasional “Kedahsyatan Teknologi Al Qur’an dalam Tasawuf Islam, Membentuk Insan Kamil dan Masyarakat Harmonis Menghadapi Perkembangan Peradaban Manusia sampai Akhir Zaman”, diadakan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada bulan November 1994.
  12. Seminar Nasional “Relevansi dan Aplikasi Teknologi Al Qur’an pada Era Globalisasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”, diadakan oleh Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) pada bulan November 1994.
  13. Seminar Nasional dan Internasional “Technology of Al Qur’an, Creating the People’s Welfare and High Quality Human Resources”, diadakan oleh Universitas Brawijaya di Malang bekerjasama dengan Ikatan Ilmuwan Statistik Islam (ICCS) pada Bulan Agustus 1996.

20. Bakti dan Pengabdian

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya merupakan sosok yang memiliki jiwa berbakti dan mengabdi yang tinggi kepada negara, agama dan umat manusia. Adapun beberapa bakti dan pengabdi Beliau, antara lain:

  1. Memimpin pelaksanaan kursus-kursus untuk pemberantasan buta huruf di Tapanuli Selatan, tahun 1942-1945;
  2. Menjual sayur dari petani ke masyarakat, dan dalam dua bulan sudah mampu membeli dua buah gerobak sapi di Tapanuli Selatan, tahun 1942;
  3. Pimpinan dan Kepala Pabrik milik sendiri dalam usaha industri untuk membantu rakyat di zaman Jepang, yaitu membuat sabun, perlak untuk pakaian, caustik soda (bahan untuk sabun) di Tapanuli Selatan, tahun 1942-1945;
  4. Menggembleng rakyat melawan kolonial Belanda sebagai Komandan Laskar Tentara Allah (PPTI) di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, tahun 1945 s/d awal 1946;
  5. Kepala Industri Perang, merangkap juru bahasa Panglima Sumatera (Mayjend Suhardjo Hardjowardoyo) di markas besar komandemen Sumatera/Bukit Tinggi, awal tahun 1946-1950;
  6. Mendirikan ratusan Surau untuk pengamalan Tarekatullah, beberapa Masjid dan Madrasah dengan pengikut berjuta orang (Dalam dan Luar Negeri) yang dipimpin sendiri di seluruh Indonesia dan Luar Negeri, tahun 1952-2001;
  7. Mendirikan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya yang bergerak di bidang pendidikan agama/umum, dakwah Islam dan pengamalan zikrullah berdasarkan metode Tarekat Naqsyabandiyah, pengobatan alam dan pembinaan generasi muda. Generasi muda yang di bina adalah “yang sesat jalan”, putus sekolah atau kecanduan narkotika/minuman keras. Melalui pembinaan kerohanian dan disertai pendidikan formal, maupun keterampilan (pertukangan, perbengkelan, supir, perbaikan alat listrik, peternakan, perikanan dan lain-lain) secara cuma-cuma. Alumninya telah mencapai ribuan orang dan banyak di antara mereka merupakan donatur sukarela Yayasan, tahun 1956 – 2001;
  8. Penasehat Istana Presiden pada pemulihan perang PRRI, Permesta di bawah pimpinan Mayjend Suhardjo Hardjowardojo, di Jakarta tahun 1959 – 1961;
  9. Mendirikan sekolah-sekolah TK, SD, SMP, SMU, SPP yang dipimpin sendiri di Sumatera Utara tahun 1961- sekarang;
  10. Mendirikan Universitas Pembangunan Panca Budi, dengan Fakultas Filsafat, Hukum, Ekonomi, Pertanian, Tarbiyah dan Teknik yang dipimpin sendiri di Sumatera Utara, tahun 1961 – sekarang;
  11. Penasehat Istana Presiden pada pemulihan perang Trikora, di bawah pimpinan Mayjend Suhardjowardojo di Jakarta, tahun 1962 – 1964;
  12. Penasehat khusus Thomas Cup Tokyo, tahun 1964;
  13. Aktif dalam menumpas G 30 S/PKI di Sumatera Utara, tahun 1965-1967;
  14. Mendirikan industri air minum mineral dengan merek Aminsam di Medan pada tahun 1994 dan di Sawangan-Bogor pada tahun 1995, yang semuanya dipimpin sendiri oleh Beliau.

Dari karya dan baktinya kepada negara, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya banyak mendapatkan piagam-piagam penghargaan, antara lain:

  1. Satya Lencana Penegak dari Menteri Pertahanan dan Keamanan RI Jenderal TNI Soeharto (Presiden RI), tahun 1966;
  2. Piagam ucapan terima kasih dari PEMDA TK. I Jawa Barat atas bantuannya secara material, moril dan Do’a untuk menghentikan letusan gunung Galunggung, tahun 1952;
  3. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Kapolri Jenderal (Pol) RI Jenderal Anton Soedjarwo, tahun 1986;
  4. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend Pol Soedarmaji, tahun 1986;
  5. Piagam ucapan terima kasih atas bantuannya memberikan dukungan moril dan Do’a menemukan lokasi jatuhnya pesawat Merpati, tahun 1988;
  6. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Kepala kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjend Pol Drs. Much. Poedy Sjamsoedin S, tahun 1988;
  7. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Komandan Detasemen Intelijen KODAM I/BB Letkol Inf. Suroso Santo, tahun 1989;
  8. Piagam ucapan terima kasih atas turut serta mensukseskan program Golkar, dari Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya, bapak Sadharmono, S.H., tahun 1987;
  9. Piagam ucapan terima kasih dan turut serta mensukseskan program Golkar dari Dewan Pimpinan Pusat Golongan Karya Bapak Wahono, tahun 1989;
  10. Piagam ucapan terima kasih atas bantuan dalam bidang Kamtibmas dari Komandan Satuan Brigadir Mobil Dit Samapta Kepolisian Daerah Sumatera Utara Letkol Pol. Drs. P.E. Kalangi, tahun 1991;
  11. Pejuang/perintis Kemerdekaan, dari Gubenur Kepala Daerah Tk. I, Sumatera Utara Bapak Raja Inal Siregar, tahun 1992.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendapatkan piagam penghargaan dan ucapan terima kasih dari berbagai lapisan masyarakat dalam dan luar negeri, yang menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas penyelesaian kasus-kasus keselamatan dari berbagai macam bencana/malapetaka yang hebat, ataupun kesembuhan dari berbagai macam penyakit berat yang disembuhkan melalui metode energi sufie healing, yang didukung dengan pengobatan Naturheiikunst. Selain itu, Beliau juga banyak mendapatkan surat-surat dukungan para dokter dari berbagai daerah, dalam dan luar negeri.[MUA]

Sumber (Artikel 12-19): Biografi Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

21. Teknologi Metafisika Al-Qur’an

Salah satu fenomena Islam Indonesia sejak tahun 1990-an adalah adanya perdebatan pendapat di antara ilmuwan muslim terkait hubungan agama dan sains, yang memunculkan istilah-istilah seperti islamisasi ilmu pengetahuan, ilmuisasi islam, obyektifikasi islam, keserasian, ayatisasi, integrasi, integrasi – interkoneksi, dan lainnya.

Sejak era tahun 1970-1980-an mulai dikenal nama-nama seperti Rasjidi, Moenawar Chalil, Buya Hamka, Hidajat Nataatmaja, Kuntowijoyo, Mulyadhi Kartanegara, Amin Abdullah, hingga Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, yang mempelopori gerakan agama dan sains ini dalam tiga agenda, yaitu politik penguatan identitas keislaman, semangat melawan sekulerisasi barat, dan sikap defensif yang merupakan bagian dari dakwah.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menggagas pemikiran melalui ilmu metafisika eksakta yang akan mampu menjelaskan apa sebenarnya agama itu. Misteri tentang agama yang misterius, mistis, tak terlihat, dll, bisa didekati dengan menggabungkan ilmu-ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia, mekanika, biologi, dll), agar agama lebih bisa diterima oleh pikiran manusia. Umumnya, ajaran agama sulit dipahami karena tidak ada penjelasan yang logis, sehingga iman umat manusia rentan untuk bergeser ke atheisme atau sekulerisme.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menggunakan teori metafisika dari perspektif sains, untuk menunjukkan ilmiahnya ayat-ayat Al-Qur’an, dan bukan hanya sekedar dogmatis.

Menurutnya ilmu metafisika eksakta sangat efektif untuk dipakai dalam menerangkan teori-teori ilmiah dari pelaksanaan teknis ilmu agama, termasuk di dalamnya bidang ilmu tasawuf dan sufi.

Baginya, metafisika adalah fisika di alam meta, merupakan suatu kenyataan tentang keberadaan (realitas) sesuatu secara eksak di alam meta (gaib, transenden, abstrak), maka pendekatan ilmiah dalam pembahasan yang bersifat pasti dan memiliki batasan tertentu, akan lebih mudah mendapat pengertian dan pemahaman, di samping bahwa problem metafisika yang sesungguhnya dapat diterapkan dan dibuktikan eksistensinya, sehingga ilmu eksakta dapat dijadikan sebagai media pendukung dalam lingkungan metafisika dan ilmu pengetahuan.

Dengan latar belakangnya sebagai ilmuwan Fisika-Kimia, menguasai Bahasa Inggris, Jerman dan Belanda, serta menekuni ilmu tasawuf dan tarekat, selain menggunakan dasar Al-Qur’an, al-Hadist dan ijma’ ulama’, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya juga berdakwah menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dinilai sesuai dengan perkembangan umat dan zaman di abad teknologi dan informasi. Inilah yang membedakan pola penyampaian dakwah antara Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dengan ulama-ulama lainnya.

Menurutnya, teknologi jangan selalu diartikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan mesin atau komputer. Secara sederhana teknologi adalah serangkaian metode yang mencakup pengertian yang lebih luas. Misalnya dalam mencangkul, diperlukan suatu metode atau cara. Tanpa menguasai bagaimana metode mencangkul, maka tidak dapat diperoleh hasil cangkulan yang baik, bahkan bisa membuat orang terluka. Dalam hal contoh sederhana yang lain, memasak misalnya, meskipun telah tersedia alat dan bahan yang diperlukan untuk memasak suatu masakan, tapi jika tidak mengetahui metode atau cara dalam memasak, maka masakan yang dimaksud tentu tidak akan jadi.

Contoh yang lain, tentang air. Apabila diterapkan teknologi elektrolisa, air akan mengeluarkan tenaga dahsyat, air akan terurai menjadi oksigen dan atom hidrogen, yang jika disatukan kembali dan disulut dengan menggunakan api, maka akan meledak dan menyemburkan api yang dapat melebur besi. Jika air dialirkan melalui turbin yang dirangkai dengan dinamo, akan mengeluarkan energi listrik yang mencapai kekuatan hingga 170.000 KVA.

Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan kalimah Allah (zikir) juga tidak akan mampu mengeluarkan tenaga dahsyat, selama tidak dikuasai metodologinya, yang mana teknologi itu disebut oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dengan istilah “Teknologi Metafisika Al-Qur’an”. Dengan teknologi ini, kalimah Allah dan ayat-ayat Al-Qur’an akan dapat mengeluarkan energi-energi metafisis ke-Tuhan-an yang maha dahsyat.

22. Unsur Tak Terhingga (Infinity)

Tuhan menurunkan energi tak terhingga (infinity) dalam bentuk firman-Nya. Kekuatan tak terhingga di dalam kalîmah Allâh, atau ayat-ayat khusus Al-Qur’an, dapat menghancurkan segala sesuatu yang negatif antara surga dan bumi. Tujuan akhir dari setiap manusia adalah untuk mendapatkan akses ke faktor Tak Terhingga ini, yang hanya mungkin dilakukan dengan cara berhubungan (secara kerohanian) dengan Nabi.

Sama seperti energi listrik harus dibawa oleh kabel dari sumbernya ke lampu, energi ilahi yang tak terhingga ini hanya bisa didapatkan dengan menghubungkan (rohani) melalui Nabi dan rantai orang-orang suci, yaitu para ulama pewaris ilmu Nabi. Energi tak terbatas kalîmah Allâh ini dijelaskan Syaikh  Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dalam rumus tak terhingga pada konsep matematika:

1 / ~ = 0

[angka berapa pun] / ~ = 0

[iblis, setan, hantu, kanker, narkotika, atom, nuklir, apapun yang fisik maupun metafisika] / ~ = 0

unsur tak terhingga (~) di sini menurut Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya adalah kalimah Allah atau ayat-ayat Al-Qur’an

Unsur tak terhingga (~) dalam konsep matematika ini yang dipergunakan Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya untuk mendefinisikan kebenaran hakiki tentang Tuhan dan tasawuf (tarekat). Unsur tak terhingga (~) ini mencerminkan keunikan Tuhan, di mana Tuhan duduk di takhta-Nya (Arsy), yang berada pada jarak tak terbatas/ tak terhingga dengan kita.

Karena jarak sama dengan kecepatan dikalikan dengan waktu

s = v x t

di mana

s = spazium = distance = jarak

v = velocitas = speed = kecepatan

t = tempo = time = waktu

maka komunikasi dengan Tuhan membutuhkan kecepatan yang tak terhingga (~), atau akan mengambil waktu yang tak terhingga (~)

s = ~, dan oleh karena itu v atau t harus = ~

Para nabi, yang secara teratur berkomunikasi dengan Tuhan, dapat melakukannya karena rohani mereka (diri spiritual mereka) memiliki “radiasi frekuensi” yang tak terhingga untuk mencapai Tuhan. Menurut Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, ini adalah “cahaya di atas cahaya” yang disebutkan dalam Al-Qur’an 24:35.

Ini adalah cahaya dengan frekuensi dan energi tak terhingga, yang muncul dari Tuhan dan tersambung dengan diri rohani Rasulullah, yang kemudian diteruskan kepada para ulama pewaris ilmu Rasulullah (silsilah keguruan mursyid-mursyid tarekat) Inilah yang dikatakan sebagai “Tali Tuhan” (habl min Allâh), yang melaluinya individu dapat terhubung dengan unsur tak terhingga tersebut.

Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya mendefinisikan metafisika eksakta sebagai kajian yang membahas masalah-masalah metafisika, yaitu yang bersifat abstrak, transenden dan gaib melalui pendekatan pada ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia, mekanika, biologi, dll).

Syaikh Kadirun menjelaskan sintesis sains, teknologi, dan tasawuf modern, dengan menggunakan rumus eksakta fisika dan matematika sebagai metafora untuk menjelaskan hubungan antara manusia dan Tuhan, dan sebagai wujud atau simbol bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan secara ilmiah. Beliau menjelaskan tentang teknologi metafisika berupa penyaluran kekuatan tak terhingga di dalam kalîmah Allah, yaitu zikir dengan metode tarekat, memusatkannya, dan mengarahkannya untuk berbagai tujuan di dunia ini.

23. Tarekat sebagai Metodologi

Ditegaskan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, bahwa kebenaran agama jangan hanya dipertahankan dengan hujjah akal, tetapi harus mampu dibuktikan kebenarannnya secara ‘real’, yang itu bisa didapatkan melalui metode tarekat. Dan metode tarekat itu sendiri harus bisa dibuktikan kebenarannya melalui sains matematika, fisika, dan kimia yang terukur. Ia berpandangan, bahwa menunjukkan ‘kekeramatan‘ (karamah) diperlukan untuk membuktikan kebenaran (Islam atau amalan tarekat) dan menangkis pendapat bahwa agama adalah khayalan.

Pada dasarnya ilmu tarekat di dalam al Qur’an merupakan metode pelaksanaan teknis dari suatu amalan yang sangat tinggi, yaitu zikir. Di sinilah yang dimaksudkan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, bahwa tarekat merupakan sebuah metodologi di dalam ilmu tasawuf, yaitu melalui pengamalan zikir, pengamalan kalimah Allah.

Menurut Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, kekuatan potensi kalimah Allah adalah maha dahsyat, sehingga mampu mempertahankan eksistensi dunia dari kehancuran total oleh tenaga apa pun. Maka ilmu tersebut perlu diriset, di mana letak ilmiahnya, the how to do-nya, dari amalan-amalan tarekat yang kelihatannya mubazir dan seolah-olah hanya membuang waktu. Namun sebenarnya semuanya itu akan terbukti, kalau dilaksanakan dengan metode zikir yang tepat, akan memperoleh manfaat yang besar dari kekuatan yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Di dalam Al-Qur’an dan Hadist, Tuhan telah menunjukkan banyak contoh mengenai energi tak terhingga tersebut, seperti pada kejadian banjir Nabi Nuh, bencana yang dialami kaum Nabi Luth, mu’jizat Nabi Sulaiman, Nabi Daud melawan Goliath, Nabi Isa menghidupkan orang mati, kerikil batu sijjil untuk memusnahkan tentara Abrahah, Nabi Ibrahim melawan Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, dan lain-lainnya.

Begitu juga dengan sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara Indonesia. Saat Islam mulai mendarat di tanah Jawa, dengan para ulama yang dikenal dengan sebutan “Wali Songo” mulai mendakwahkan Islam. Semula rakyat merasa keberatan, bahkan menolaknya, dengan alasan mereka telah mempunyai agama kebatinan Jawa.

Di sinilah kemudian diterjunkan ke garda depan kekuatan-kekuatan metafisika berupa tasawuf dan ilmu sufinya, dengan berbagai fenomena keajaiban dan karamahnya. Barulah kebatinan di tanah Jawa tersebut dapat menerima Islam. Kemudian dilanjutkanlah dakwah Islam itu dengan pengajaran ilmu fiqh sebagai pengatur dalam tatakrama kehidupan umat Islam.

Demikian pula tidak sedikit kisah-kisah karamah Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya dalam mempraktekkan teknologi metafisika ini, seperti memadamkan letusan gunung Galunggung di Jawa Barat atas permintaan Pemda Tk I Jawa Barat dengan menggunakan helikopter dan melempar batu serta menyiramkan air zikir kalimah Allah, memberantas pemberontakan gerombolan komunis di Hutan Pahang Malaysia atas permintaan perwira angkatan bersenjata Malaysia dengan menggunakan helikopter dan melemparkan batu-batu bermuatan zikir kalimah Allah.

Dengan metode tarekatullah menyembuhkan berbagai penyakit berat dan penyakit ganjil, penyembuhan kecanduan narkoba, mengusir gangguan jin, dll. Semua itu merupakan praktek menyalurkan energi tak terhingga kalimah Allah, melalui berbagai media seperti batu, air, dan tongkat, yang telah didoakan dan diberi muatan zikir kalimah Allah.

Kisah-kisah menarik tentang sosok pribadi dan perjalanan spiritual Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, peran aktifnya dalam dunia pendidikan, dunia sosial kemasyarakatan, dunia militer dan ketatanegaraan, serta cerita-cerita karamahnya dengan berbagai penjelasan ilmiah mengenai teknologi Al-Qur’an ini, membuat tarekat yang dipimpinnya mendapatkan banyak pengikut.

Murid-murid Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya berasal dari beragam kalangan, mulai masyarakat kelas bawah, menengah, sampai kelas atas, dari usahawan, profesional, artis, seniman, akademisi (guru, mahasiswa, dosen, doktor, sampai profesor), kalangan militer (polisi dan tentara, dari pangkat rendah sampai perwira tinggi), kalangan pejabat (dari kepala daerah, menteri, sampai keluarga Diraja Malaysia), baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Namun selain mendapatkan banyak pengikut, ada pula sebagian kalangan yang menolak pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya maupun tarekat yang dibawanya. Pemikirannya tentang teknologi metafisika Al-Qur’an untuk menjelaskan tarekat, cerita-cerita karamahnya, perjalanan hidupnya, dan praktek-praktek teknis tarekat yang dilakukan jamaah tarekatnya, dianggap kontroversial oleh para penentangnya, bahkan terjadi intimidasi terhadap jamaah tarekat ini di beberapa daerah. Penolakan-penolakan dan intimidasi ini pun disanggah dengan cara damai oleh para pengikut Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya melalui berbagai tulisan ilmiah dan forum-forum ilmiah. Walaupun terdapat kontroversi di sebagian kalangan, namun karya-karya ilmiah pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya telah banyak menginspirasi para penulis, akademisi, dan peneliti di Indonesia, Malaysia, maupun beberapa negara lainnya. Tercatat lebih dari 30 tulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia, bahasa Melayu, maupun bahasa Inggris, berupa skripsi, thesis, disertasi, makalah forum ilmiah, jurnal, sampai buku, yang telah mengulas pemikiran Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, sosok pribadi dan perjalanan spiritualnya, maupun pergerakannya dalam dakwah tarekat. 

24. Tulisan tentang Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya

Berbagai tulisan ilmiah berupa skripsi, thesis, disertasi, makalah, jurnal ilmiah, dan buku, yang mengambil tema tentang Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, maupun cuplikan pemikirannya, oleh periset, akademisi, dan penulis dari Indonesia maupun luar negeri, antara lain:

  1. Nur, Prof. K. H. Djamaan (2002). “Tasawuf dan Tarekat Naqsyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya.” Medan: USU Press..
  2. Ridjal, Syamsur (2013). “Tarekat Naqsyabandiyah Syeikh Kadirun Yahya dan Pengalamannya di Kota Jambi”. Innovatio : Journal for Religious Innovations Studies. Jambi: Program Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
  3. Mutmainnah, Anisah (2018). “Studi Deskriptif Pemikiran Politik Syeikh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah tentang Hidup Bernegara”. Skripsi thesis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan
  4. Wahid, Yenny Zannuba (2009). Dja’far, Alamsyah M., ed. Agama dan pergeseran representasi: konflik dan rekonsiliasi di Indonesia. Jakarta, Indonesia: Wahid Institute.
  5. Bruinessen, Martin van. (1994). Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia : survei historis, geografis dan sosiologis (edisi ke-Rev. ed). Bandung, Indonesia: Penerbit Mizan.
  6. Mohamad al-Merbawi, Abdul Manam Bin; Abdullah, Mohd Syukri Yeoh; Abdullah, Osman Chuah; Wan Abdullah, Wan Nasyrudin Bin; Ahmad, Salmah (2012). “Tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah in Malaysia: A Study on the Leadership of Haji Ishaq bin Muhammad Arif”. MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
  7. Fakhriati (2013). “Prof. Dr. H. Kadirun Yahya: Perjalanan Menuju Saidi Syeikh dalam Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah”. Jurnal Lektur Keagamaan. Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta.
  8. Bruinessen, Martin Van (2007). “After The Days of Abu Qubays: Indonesian Transformations of The Naqshabandiyya-Khalidiyya”. Journal of the History of Sufism. Paris, France: Simurg Press.
  9. Erawadi, Erawadi (2014). “Pusat-Pusat Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Tapanuli Bagian Selatan”. MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
  10. Lubis, Sakban (2018). “Tharekat Naqsabandiyah Kholidiyah Saidi Syekh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, MA di Universitas Pembangunan Panca Budi Medan”. Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman. Medan: Fakultas Agama Islam Universitas Dharmawangsa.
  11. Nurul Amin Hudin, LC (2016) “Titik Temu Ilmu Eksakta dan Tasawuf Pemikiran Syekh Kadirun Yahya.” Masters thesis, Program Studi Agama dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
  12. Yudhasatria, Ebma (2014). “Pemikiran Kadirun Yahya Tentang Tasawuf 1950-2001.” Skripsi thesis, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
  13. May, Asmal (2017). “Menyingkap Energi Zikir Dalam Konsep Tasawuf Syekh Kadirun Yahya”. Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman. Pekanbaru, Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
  14. Husin, Hamidun Mohamad; Jailani, Moh. Rushdan Mohd., Prof. DR. (2013). “Kelangsungan Amalan Takziyat Al-Nafs: Instrospeksi Pengalaman Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya di Malaysia.” Proceedings from conference on “Seminar Kebangsaan Pengajian Akidah dan Agama Kali ke-3 (2013), run by Program Pengajian Akidah dan Agama dengan kerjasama Fakulti Kepimpinan dan Pengurusan, Universiti Sains Islam Malaysia. Kuala Lumpur, Malaysia, 28 September 2013.
  15. Abdullah, Luqman (2018). “Kontribusi Tarekat Naqsyabandiyah Terhadap Pendidikan Agama Islam Dan Perubahan Perilaku Sosial Jamaah (Studi Kasus Jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Di Dukuh Tompe, Kabupaten Boyolali)”. Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam.
  16. Triyanta, Agus (2003). “Tarekat Naqsyabandiyah dan Konservasi Alam (Etika Lingkungan Lingkungan Hidup dalam Wawasan Keagamaan)”. Fenomena, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
  17. Sutatminingsih, Raras (2016). “The Relationship Between The Practice Of Suluk With Psychological Well Being Among The Saliks At Tarekat Naqsyabandiyah And Non-Saliks“. Atlantis Press.
  18. Izzati, Nurul (2019). “Kontroversi Tasawuf Nusantara: Kadirun Yahya dan perdebatan tentang otentisitas ajaran tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah”. Masters thesis, Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.
  19. Hakim, U.N. Lukman (2011). “Aktualisasi Metafisika dalam Kehidupan Manusia di Abad 21”. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Medan: Universitas Pembangunan Panca Budi Medan.
  20. Simamora, Nur Aisah (2016). “Integrasi Keilmuan Pada Perguruan Tinggi Islam Di Kota Medan.” Dissertation thesis, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan.
  21. Bahri, Media Zainul (2018). “Expressing Political and Religious Identity: Religion-Science Relations in Indonesian Muslim Thinkers 1970-2014″. Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies (dalam bahasa Inggris). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
  22. Syarifuddin; Prof. Dr. Muzakkir, MA; Nur, Dr.Anwarsyah (2017). “Metaphysical thought Muhammad Iqbal and Correlation in the Reconstruction of the characters on Education Institutions (Case Study on Education Foundation of Prof. Dr. H. Kadirun Yahya)“. International Journal for Innovative Research in Multidisciplinary Field. Gujarat, India: Research Culture Society.
  23. Abdullah, Luqman (2018). “Model Tarekat Naqsyabandiyah dan Pengaruhnya Terhadap Kecerdasan Spiritual (Studi Kasus Jamaah Tarekat Naqsyabandiyah Nurul Amin di Kabupaten Boyolali)”. Masters thesis, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
  24. Husin, Hamidun Mohamad (2014), “Kepribadian Prof. Kadirun Yahya dan Pengaruhnya terhadap Suasana Pengamalan Tarekat di bawah Bimbingannya di Malaysia.” Diarsipkan 2020-06-04 di Wayback Machine. Proceedings from the international conference on “International Research Management and Innovation Conference 2014 (IRMIC2014), run by Research Development Centre & Islamic Academy, Selangor International Islamic University College. Kuala Lumpur, Malaysia, 17 to 18 November 2014.
  25. Husin, Hamidun Mohamad (2017), “The Doctrine and Practice of Naqshabandiyyah Khalidiyyah of The Prof. DR. H. Kadirun Yahya.” Proceedings from the international conference on “3rd International Conference o Islamiyyat Studies 2017 (IRSYAD2017)”, run by Faculty of Islamic Civilization Studies, Kolej Universiti Islam Antarabangsa Selangor. Kuala Lumpur, Malaysia, 1 to 1 Agustus 2017.
  26. Aziz, Ahmad Amir (2013). “Kebangkitan Tarekat Kota”. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
  27. Ahmadi, Ghufron (2010). “Sumber Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya (Studi Kasus di Surau Saiful Amin Yogyakarta)”. Skripsi thesis, Jurusan Tafsir Hadist, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
  28. Faiz, Muhammad (2016). “Khazanah Tasawuf Nusantara: Tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyyah di Malaysia”. ‘Anil Islam: Jurnal Kebudayaan dan Ilmu Keislaman. Sumenep, Madura: Institut Ilmu Keislaman Annuqayah.
  29. Howell, Julia Day (2001-08). “Sufism and the Indonesian Islamic Revival”. The Journal of Asian Studies. Association for Asian Studies, Hong Kong.
  30. Ryan, Natasha (2003). “Tauhid and Tasawwuf: Indonesian Sufism in search of unity“. Bachelor of Arts Honours thesis, Faculty of Community Services, Education and Social Sciences, Edith Cowan University, Australia.
  31. Howell, Julia Day, Professor (2002), “Seeking Sufism in the Global City: Indonesia’s Cosmopolitan Muslims and Depth Spirituality.” Proceedings from the international conference on “Islam in Southeast Asia and China: Regional Faithlines and Faultlines in the Global Ummah ” run by the City University of Hong Kong’s Southeast Asia Research Centre, Faculty of Humanities and Social Sciences. Hong Kong, 28 November to 1 December 2002.

25. Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya adalah tarekat Naqsyabandiyah yang di-syiar-kan oleh Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, setelah Beliau diangkat menjadi mursyid oleh guru Beliau, Sayyidi Syaikh Muhammad Hasyim Buayan pada tahun 1952.

Setelah diangkat sebagai mursyid, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya berhak membuka, mengembangkan, dan memimpin majelis zikir sendiri, termasuk pada hal-hal yang terkait, seperti menerima murid yang masuk Tarekat, kegiatan suluk/itikaf, dll.

Beliau juga mendapatkan ijazah khusus dari Syaikh Abdul Majid Tanjung Alam (Sumatera Barat) pada tahun 1949, dan dari Syaikh Mohammad Said Bonjol (Sumatera Barat) tahun 1971.

Berkat perjuangan yang tanpa pamrih duniawi sedikitpun, Beliau dengan izin Allah SWT berhasil membangun dan mengembangkan majelis-majelis zikir tarekatullah, yang biasa disebut dengan istilah alkah (dari bahasa Arab halaqah), atau surau, di seluruh penjuru nusantara dan bahkan di luar negeri.

Pada tahun 1997, Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya menyerahkan surau-surau Beliau ke dalam naungan Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, sehingga kelak setelah Beliau wafat, “kepemilikan” Tarekat Naqsyabandiyah yang dipimpinnya secara otomatis akan dikelola oleh yayasan Beliau, hingga saat ini.

26. Tujuan dan Sasaran Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya

Orang yang ber-tarekat memiliki tujuan mendasar untuk mencari ridha Allah dan memurnikan tauhid kepada-Nya. Tauhid menjadi dasar pola pikir untuk senantiasa bersikap Ilahi anta maqshuudi wa ridhaka mathluubii dalam bersikap dan bertindak, sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Hadist.

Dengan demikian, orang yang ber-tarekat nantinya akan menjadi orang-orang yang memiliki keyakinan kuat tentang Allah dan ke-Esa-an-Nya dalam semua hal, selalu melibatkan Allah dalam semua aktivitas, menjalankan ketentuan-ketentuan syariat-Nya, dan berakhlak mulia sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadist. Maka orang yang ber-tarekat diharapkan akan menjadi muslim yang bermanfaat bagi makhluk-Nya, dan menjadi warga negara yang patuh kepada pemimpin, menaati peraturan, serta mengabdi pada bangsa dan negara.

27. Badan Koordinasi Kesurauan (BKK)

Dalam mengelola surau-surau atau tempat-tempat wirid di bawah yayasan, selain Universitas Pembangunan Panca Budi, Perguruan Panca Budi dan Badan Otoritas Kampus, dibentuklah sebuah divisi yang bernama Badan Koordinasi Kesurauan (BKK). BKK ini membawahi Badan Kerjasama antar Surau (BKS), yang terdiri dari Surau (tempat wirid yang tanah dan bangunannya telah diatasnamakan Yayasan), POS (tempat wirid yang tanahnya belum diatasnamakan Yayasan) dan IOP (rumah/bangunan milik jamaah yang dipergunakan untuk aktivitas wirid pada waktu-waktu yang disepakati). Masing-masing BKS ini mewakili BKK dalam pengurusan Surau, POS dan IOP di wilayahnya, agar berjalan seperti yang diharapkan, sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Hadist, serta perundang-undangan yang berlaku.

28. Kerjasama dengan Tarekat Serumpun

Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya melakukan kerjasama dengan sembilan Tarekat Naqsyabandiyah (TN) serumpun, yaitu tarekat yang memiliki sumber silsilah keguruan yang sama, yaitu sama-sama berasal dari jalur silsilah Sayyidi Syaikh Abdullah Afandi, Jabal Qubaisy Mekah. Kerja sama ini terbentuk melalui silaturahmi Syaikh -Syaikh Tarekat serumpun yang berlangsung pada tanggal 14 April 2003, di mana tarekat-tarekat serumpun yang bekerjasama adalah:

  1. TN Babussalam, Langkat, Sumatera Utara, Pimpinan Drs. H. Syaikh Hasyim Al-Syarwani
  2. TN Ponpes Labuhan Haji, Nanggroe Aceh Darussalam, Pimpinan Syaikh Amran Wali
  3. TN Tanjung Alam Bulaan, Koto Tabu, Batu Sangkar Sumatera Barat Pimpinan H. Syaikh Al Imam Ramali
  4. TN Ranjau Batu, Mandailing Natal, Sumatera Utara Pimpinan H.Syaikh Muhammad chaer
  5. TN Hutapungkut, Kotanopan, Mandailing Natal Sumatera Utara, Pimpinan Syaikh Syafi’i
  6. TN Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Pimpinan Syaikh Taslim
  7. TN Kumpulan, Pasaman, Sumatera Barat, Pimpinan Syaikh Nasrul TK Sayidina Ibrahim
  8. TN Aek Libung Tapanuli Selatan, Sumatara Utara, Pimpinan H. Syaikh Husein
  9. TN Giri Kusumo, Semarang, Jawa Tengah, Pimpinan Drs. H. Syaikh Muhammad Zuhri.

Kerjasama tersebut dimaksudkan untuk membangun silaturrahmi dan sekaligus mendorong terciptanya kerukunan umat beragama pada umumnya, dan ukhuwah Islamiyah pada khususnya, di samping untuk bersama-sama membahas mengenai masalah-masalah ke-tarekat-an dalam forum seminar, sarasehan, loka karya dan lain-lain.

29. Keanggotaan dalam Jamiyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN)

Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya juga melakukan silaturahmi dan kerja sama dengan berbagai tarekat lain di Indonesia yang tergabung dalam Jamiyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN)

Maulana Habib Luthfi dalam acara Tabligh Akbar dan Festival Marawis Baitul Amin, Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya, di Sawangan, Depok, November 2008. Dari kiri: Dr. H. Muhammad Isa (Rekor Universitas Pancabudi saat ini), Dr. H. Achmad Kadri Ramadhan (Ketua BKK YPDHKY), Maulana Abah Luthfi dan Prof. Djamaan Nur (Murid Senior Prof. Dr. H. SS. Kadirun Yahya MA, M.Sc)

Keterlibatan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya dalam jejaring JATMAN didasari oleh:

  1. Surat Rais Am JATMAN Al Habib Muhammad Luthfi Ali bin Yahya kepada Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya tertanggal 22 Mei 2003, yang dimaksudkan untuk menyampaikan kegembiraan Beliau dengan adanya silaturahim Syaikh-Syaikh Tarekat serumpun yang diselenggarakan oleh Yayasan Prof. Dr. H. Kadirun Yahya pada tanggal 14 April 2003 di Medan.
  2. Hasil Muktamar XI JATMAN yang dilaksanakan pada tanggal 10-14 Januari 2012/16-20 Shafar 1433 H di Ponpes Al Munawwariyyah Sudimoro Bululawang Malang. Di antara hasil muktamar itu adalah terbentuknya Susunan Idaroh Aliyah JATMAN yang di dalamnya ada Dr. H. Akhmad Kadri Ramadhan, SH., MM., (Ketua BKK) salah satu dari cucu kandung Prof. Dr. H. Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya, diangkat sebagai Aminus Shunduq Tsani’, Bendahara II.

30. Galeri Foto